REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, Pemerintah sudah cukup baik dalam menjaga lonjakan harga pangan selama 2016. Meski demikian, Pemerintah masih harus berupaya agar harga pangan ini tidak mengalami fluktuasi harga secara cepat. Sebab harga pangan ini banyak berpengaruh dalam jumlah masyarakat miskin.
"Peran makanan untuk garis kemiskinan ini sangat tinggi sekali. Dengan melihat komposisi tersebut, stabilitas harga pangan harus betul-betul dijaga karena pengaruhnya besar pada perkembangan penduduk miskin," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (3/1).
Dia menjelaskan, selama Maret hingga September 2016, garis kemiskinan naik sebesar 2,15 persen, yaitu dari Rp 354.386 per kapitar per bulan para Maret menjadi Rp 361.990 per kapita per bulan pada September. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan Jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Pada September 2016, komodi makana menyumbang sebesar 73,19 persen, sedangkan untuk komoditas non makanan mencapai 26,81 persen.
Menurut Suhariyanto, bahan pokok yang masih berpengaruh signifikan pada jumlah kemiskinan adalah beras. Selain itu ada rokok yang pengaruhnya justru agak janggal. Harga rokok yang terus meningkat, ditambah jumlah perokok yang juga ikut meningkat baik di desa atau kota tercatat mempengaruhi data kemiskinan.
"Harga rokok ini naik dari waktu ke waktu, dan masyarakat nggak pernah mengeluh. Ini agak mencemaskan karena cukup berpengaruh," paparnya.
Dia menjelaskan, persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan presentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Indeks kedalam kemiskinan mengindikasi jarak antara rata-rata pengeluaran penduduk miskin dan garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Dari data BPS, Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,94 pada Maret 2016 menjadi 1,74 pada September 2016, Indeks Keparahan Kemiskinan juga turun dari 0,52 menjadi 0,44 pada periode yang sama.