Selasa 29 Nov 2016 14:11 WIB

Wawancara Perpisahan Eugene Laverty dari MotoGP

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andri Saubani
Eugene Laverty
Foto: EPA/Fazry Ismail
Eugene Laverty

REPUBLIKA.CO.ID, VALENCIA -- Eugene Laverty mengambil keputusan berani dengan meninggalkan kelas elite MotoGP untuk World Superbike bersama Aprilia. Ini menyusul kariernya yang tak begitu cemerlang di seri balapan utama.

Pria kelahiran Irlandia Utara ini hanya bertahan dua tahun di MotoGP. Dia sempat menempati posisi keenam di GP Assen dan GP Brno, lalu keempat di GP Argentina. Secara keseluhan Laverty menempati posisi ke-13 di klasemen. ROLers, berikut petikan wawancara perpisahan dengan Laverty, dilansir dari Speedweek, Selasa (29/11).

 

T: Eugene, tidak menyesal meninggalkan MotoGP?

J: Tidak, saya pikir sekarang waktunya membuka lembar baru. Jika musim ini saya paceklik, saya baru kecewa, tapi nyatanya tahun ini semuanya berjalan baik. Ducati dua tahun lalu bagi saya motor yang sulit ditaklukkan. Hal ini dialami juga pembalap lainnya. Tapi, saya nyatanya semakin kuat bersama Ducati.

 

T: Anda meninggalkan MotoGP karena musim depan Anda hanya mendapatkan motor 2015. Apakah Anda merasa tidak adil tidak menerima mesin 2016?

J: Ini bukan hal baru di dunia balapan primer, sudah sering terjadi, dan itu normal. Untuk mengatakan itu tak adil, dalam olah raga uang sangat penting dan sangat menentukan. Saya tahu ketika saya memutuskan menjadi pembalap profesional, maka ini semua bagian dari permainan.

 

T: Apakah ini karena Alvaro Bautista yang akan mendapatkan motor baru, sementara Anda motor lama?

J: Itu bergantung pada sponsor. Aspar harus menanggapinya dengan adil. Tahun besok tim hanya mendapatkan dua motor, GP15 dan GP16. Tentu saja saya ingin GP16 tersebut, namun kita tahu Aspar Racing ini tim GP dari Spanyol dan sangat logis Alvaro yang menerima mesin terbaru itu. Bagi saya, keputusan tim jelas dimengerti, namun sebagai pembalap saya jelas ingin sekompetitif mungkin. Oleh sebabnya saya memutuskan kembali ke kejuaraan World Superbike.

 

T: Apakah Anda akan merindukan MotoGP?

J: Ya, saya menjalani hari-hari terbaik di sini. Saya pasti merindukan tim Aspar, tentu saja. Pada tahun pertama bergabung, mereka menyambut saya penuh kehangatan. Di tahun kedua, saya sudah merasa seperti di rumah sendiri. Setelah dua tahun, saya seperti benar-benar menjadi bagian dar tim. Kami mengikuti kualifikasi dan balapan dengan beberapa hasil terbaik. Semua anggota tim bekerja intensif.

 

T: Ada perbedaan besar antara MotoGP dengan Superbike, terutama suasana di paddock. Apakah Anda setuju mereka memandang dingin mantan-mantan pembalap MotoGP?

J: Tidak, saya pikir itu tidak benar. Kesan di setiap paddock itu berbeda. Jika Anda melihat dari luar, mungkin akan ada kesan itu, tetapi jika Anda menjadi bagian darinya, maka rasanya berbeda. Ini pertunjukan besar, berkeliling dunia dengan orang-orang yang sama.

 

T: Kembali ke sepeda motor, apa perbedaan besar MotoGP dengan Superbike?

J: Perbedaan terbesar adalah ban. MotoGP sebelumnya menggunakan Bridgestone dan kini Michellin. Superbike menggunakan Pirelli. Ban ini semuanya memiliki karakter berbeda.Tapi, saya sudah menjalani pergantian ini dan banyak pengalaman akan sangat membantu.

Banyak perubahan membuat Anda semakin mudah beradaptasi. Setiap kali ada pergantian ban, Anda bisa belajar banyak. 

 

T: Mengapa pembalap MotoGP yang beralih ke Superbike biasanya sangat sukses?

J: MotoGP adalah kelas tertinggi. Tiga pembalap terbaik di dunia sudah meninggalkan ajang ini demi Superbike. Rasanya menarik untuk berkompetisi dengan mereka. Dengan level sama, sangat menarik melihat bagaimana Anda bisa mengalahkan mereka. Meski demikian, mereka sudah banyak pengalaman dan berbakat. Memang benar, ketika pembalap MotoGP masuk Superbike, biasanya mereka tampil lebih baik dan kompetitif. Itu normal. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement