REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Angkat Besi Indonesia, Lukman, menilai, ada porsi yang tak proporsional terkait dana yang dikucurkan untuk atlet pada Olimpiade London, dibandingkan atlet paralympic. Meski atlet paralympic memerlukan penanganan khusus, namun semestinya atlet lain juga memperoleh perhatian yang sama besar.
Lukman mengatakan, perbedaan jumlah alokasi anggaran tersebut dinilai kurang proprsional. Namun, menurutnya, pasti pemerintah memiliki alasan tersendiri terkait perbedaan alokasi dana tersebut.
"Porsinya sih kurang proporsional, ada ketimpangan. Hanya saja semua kembali ke para petinggi-petinggi yang bisa menilai," kata dia saat dihubungi Republika, Jumat (24/8).
Hal itu diungkapkan Lukman menanggapi alokasi dana yang diberikan pemerintah untuk kontingen olimpiade Indonesia sebesar Rp 20 miliar untuk membiayai 22 atlet dan 22 ofisial. Sedangkan, kontingen paralympic yang hanya terdiri dari empat atlet mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 6 miliar.
Lukman berharap kedepan semua pihak dapat lebih memberikan perhatian maksimal bagi para atlet. Sebab hanya dengan dukungan yang maksimal, para atlet dapat menyumbangkan prestasi yang masih maksimal. Lukman menegaskan, dukungan tak melulu harus dari pemerintah saja. Namun banyak pihak lain yang perlu memberi kontribusi pada para atlet.
Seperti di antaranya stockholder, swasta, sponsor bahkan masyarakat.
"Kalau mau bicara emas, maka dukungan yang diberikan pun haruslah 'emas'," ujar Lukman.
Tak hanya perhatian pada para atlet, menurutnya, pelatih-pelatih pun perlu mendapat perhatian. Sebab selama ini menurutnya, para pelatih kerap dilupakan. Padahal tak dipungkiri peran pelatih sangat penting dalam membentuk para atlet.
Lukman mengatakan, jika dengan dukungan seperti yang sudah-sudah para atlet dapat menciptakan prestasi bagaimana jika dengan dukungan penuh. Tentunya para atlet dan pelatih akan lebih semangat menuai prestasi dengan dukungan maksimal.