Kamis 13 Apr 2017 04:50 WIB

Fokus ke Infrastruktur, BNI Targetkan Kredit Tumbuh 17 persen

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
Direksi Bank Negara Indonesia (BNI) menyampaikan kinerja perseroan pada kuartal 1 2017. Tercatat laba perseroan tumbuh sebesar 8,5 persen year on year (yoy) menjadi Rp 3,23 triliun.
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Direksi Bank Negara Indonesia (BNI) menyampaikan kinerja perseroan pada kuartal 1 2017. Tercatat laba perseroan tumbuh sebesar 8,5 persen year on year (yoy) menjadi Rp 3,23 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk (IDX: BBNI) pada kuartal I 2017 telah menyalurkan kredit sebesar Rp 396,52 triliun atau tumbuh 21,4 persen year on year (yoy) dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 326,74 triliun. Pada tahun ini, perseroan akan fokus menyalurkan kredit ke sektor infrastruktur.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menuturkan, BNI meyakini pembiayaan pada sektor infrastruktur merupakan pilihan terbaik. Sebab, selain turut mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, juga memberikan berkah bagi bisnis BNI secara keseluruhan.

Dengan menyalurkan kredit ke infrastruktur, BNI memperoleh peluang pengembangan bisnis penting dari supply chain financing mulai dari hulu ke hilir. Sehingga memunculkan sumber-sumber pendanaan baru dan fee based income baru dari segmen korporat, antara lain dari syndication fee, trade finance, garansi bank, hingga cash management fee.

"Pada tahun ini kami targetkan kredit tumbuh sebesar 15-17 persen,"ujar Baiquni dalam paparan kinerja Kuartal I 2017 di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Rabu (12/4).

Dari jumlah penyaluran pada kuartal 1, dirinci sebesar 72.6 persen dari total kredit atau Rp 287,85 triliun disalurkan ke sektor Business Banking, di mana pendistribusiannya masih didominasi oleh kredit ke Korporasi atau sebesar 23,7 persen dari total kredit, dan Badan Usaha Milik Negara atau dengan porsi 20,0 persen. Khusus Kredit ke BUMN mengalami pertumbuhan sebesar 37,8 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 79,48 triliun.

Kredit BNI ke Bisnis Korporat tersalurkan ke sektor Manufaktur (22,8 persen dari total kredit Bisnis Korporat); Pertanian (19,8 persen); Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi (8,5 persen); Konstruksi (6,2 persen); Kelistrikan, Gas, dan Air (13,7 persen); serta Pertambangan (5,9 persen).

Wakil Direktur Utama BNI, Herry Sidharta menambahkan, untuk sektor infrastruktur pada kuartal ini sudah disalurkan Rp 86 triliun, utamanya di manufaktur.

"Proyek-proyek infrastruktur masih menjanjikan dengan efek berantainya yang positif antara Iain dalam meningkatkan lapangan kerja baru,"kata Herry.

Sementara itu sebesar 16,6 persen dari total kredit disalurkan ke sektor konsumer. Kredit konsumer BNI mengalami pertumbuhan 13,8 persen di mana kredit berbasis Payroll menjadi penggerak utama dengan pertumbuhan 118,1 persen (yoy).

Menurut Herry, kucuran kredit yang tumbuh positif tersebut diiringi dengan pengelolaan risiko kredit yang stabil. Langkah-langkah yang diambil BNI untuk mengelola risiko tersebut antara lain dengan melakukan restrukturisasi kredit, di mana ratio kredit yang direstrukturisasi terhadap total kredit menurun dari 8,0 persen pada akhir tahun 2016 menjadi 7,8 persen pada kuartal l 2017, yang berarti terjadi perkembangan yang positif.

Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan/ NPL tercatat naik menjadi 3,0 persen dari sebelumnya 2,8 persen. Hal ini masih disebabkan oleh debitur besar yaitu Trikomsel dan Rockit Aldeway yang saat ini masih ditangani dengan menempuh jalur hukum.

"NPL terbesar di sektor komunikasi yaitu Trikomsel. Lalu ada Rockit Aldeway dan usaha batubara juga. Saat ini setelah restrukturisasi, lalu setelah harga komoditas tambang membaik kami optimis NPL bisa turun pada tahun ini,"tutur Herry.

BNI mencatat pertumbuhan aset sebesar 21,6 persen yaitu dari Rp 509,09 triliun pada Kuartal l 2016 menjadi Rp 618,81 triliun pada Kuartal | 2017. Upaya untuk menjaga kualitas aset tersebut terus dilakukan antara lain dengan Iangkah hati-hati, dan selektif dalam penyaluran kredit agar tetap stabil dan sehat. Ekspansi kredit yang terus dilakukan menunjukkan fungsi intermediasi BNI tetap berjalan dengan baik, ditunjukkan oieh Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit naik dari 88,0 persen menjadi 89,3 persen.

Pertumbuhan kredit tersebut tetap didukung dengan fundamental yang kuat di mana tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) tetap terjaga baik pada level 19,0 persen sehingga cukup untuk mendukung pertumbuhan bisnis BNI.

Secara fundamental, penyisihan pencadangan juga tetap terjaga dengan baik pada tingkat coverage ratio naik dari 142,4 persen menjadi 147,1 persen sehingga sangat mencukupi untuk menjadi bantalan apabila terjadi kondisi yang tidak menentu di masa mendatang. Hal ini sekaligus mengindikasikan tingkat kehati-hatian yang tinggi dalam pengelolaan kredit.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement