REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah SAW melaksanakan Tarawih dengan santai. Beliau tidak terburu-buru dan tidak lupa beristirahat. Istirahat atau thuma'ninah sering dilupakan dalam shalat tarawih saat ini. Padahal ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Tarawih memang memilki pengertian mengerjakan shalat dengan santai. Setiap dua rakaat, Rasulullah selalu melakukan thawaf. Karena itu, Rasulullah biasanya melaksanakan tarawih delapan rakaat saja ketika bersama sahabat. Selanjutnya, Nabi melanjutkan shalat di rumah.
Ijtihad dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab terkait jumlah rakaat Tarawih. Pada masa Umar, shalat Tarawih kemudian menjadi 20 rakaat.
"Ini diputuskan karena yang tarawih di luar Masjidil Haram tidak bisa thawaf," kata Ketua Bidang Dakwah Majlis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis.
Menurutnya, Rasulullah kembali shalat tarawih di rumah. Jumlah rakaatnya berbeda pendapat antara para ulama.
Ada yang mengatakan sampai 36 rakaat, bahkan ada yang mengatakan tak terbilang. Namun kini, jumlah rakaat tarawih biasanya ganjil hingga 23 rakaat, termasuk witir.
Selain itu, beragam cara umat Islam melaksanakan shalat tarawih. Ada yang sampai menghatamkan Alquran satu juz disetiap bacaan tarawih. Tak sedikit pula yang cukup dengan ayat pendek. Cholil mengatakan, bagaimana pun istirahat adalah hal yang harus diperhatikan.
"Ya harusnya ada thuma'ninah. Kalau gak ada thuma'ninah dalam masing-masing rukunnya tidak sah," ujar Cholil. Saat ditanya tolak ukur thuma'ninah, menurut Cholil, tergantung kepada adat.
Hanya saja, katanya, ulama mengukur dengan membaca subhana rabbiyal a'ala wa bihamdi tiga kali. "Itu batas minimalnya ya," kata Cholil. Jadi, agar shalat tarawih kita lebih bermakna dan tidak melelahkan, jangan lupa thuma'ninah.