REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan tidak perlu banyak melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan selama bulan puasa. Persediaan di dalam negeri dinilai sudah mencukupi.
"Stok beras dalam negeri cukup untuk delapan bulan ke depan, sebesar 2,1 juta ton," ujar Direktur Pengadaan Bulog Tri Wahyudi Saleh kepada Republika.co.id, Ahad, (7/5). Stok gula pasir di dalam negeri juga cukup memenuhi kebutuhan selama Ramadhan dan Idul Fitri dengan persediaan lebih dari 350 ribu ton.
Sedangkan kebutuhan daging kerbau beku impor sudah tersedia sebanyak 38 ribu ton. "Standby stok 51 ribu ton yang suatu saat siap didatangkan dari India," kata Tri.
Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan ke depan, Bulog ditugaskan untuk menyediakan 2.000 ton bawang merah dan 1.000 ton bawang putih. Tri menyatakan, bawang merah akan dipenuhi dari dalam negeri seperti dari Bima, Brebes, Nganjuk, Probolinggo, dan Pati yang kini masih panen.
Untuk bawang putih, ia menuturkan, masih dalam negosiasi untuk impor. Hal ini karena di Cina saat ini sudah mulai panen. "Dengan begitu harga cenderung turun dan Bulog akan membeli bertahap sesuai perkembangan harga," ujarnya.
Menjelang Ramadhan, harga sejumlah kebutuhan mulai naik. Kenaikan harga terutama terjadi untuk komoditas bumbu dapur seperti bawang putih dan cabai. Sejak sepekan terakhir, harga bawang putih terus merangkak naik di Malang. Pada Ahad (7/5), harga bawang putih mencapai Rp 45 ribu per kilogram dari yang biasanya hanya Rp 32 ribu per kilogram. Namun, para pedagang tak tahu penyebab kenaikan harga tersebut.
Seorang pedagang bumbu dapur di Pasar Besar Malang, Agus menuturkan selain bawang putih, bawang bombay juga ikut mengalami kenaikan harga. Bawang bombay yang biasa dijual Rp 12 ribu per kilogram kini menjadi Rp 16 ribu per kilogram.
"Sudah seperti tradisi setiap jelang Ramadhan harga-harga naik tapi nanti pekan pertama bulan puasa normal lagi," kata Agus saat ditemui Republika.co.id di kiosnya, Ahad. Kenaikan harga itu juga diikuti cabai rawit merah. Dalam tiga hari terakhir, harga cabai rawit merah merangkak dari Rp 50 ribu menjadi Rp 60 ribu per kilogram.
Ia mengaku tak mengetahui apa penyebab naiknya harga bawang dan cabai tiap menyongsong Ramadhan. "Entah ada permainan tengkulak atau apa kami tak tahu karena ketika kulakan di Pasar Induk Gadang harga sudah naik," ujarnya.
Melonjaknya harga bawang membuat Agus mengurangi pasokan barang dagangan sebagai antisipasi jika pembeli berkurang. Pada harga normal, ia biasa membeli hingga 50 kilogram bawang putih per hari untuk dijual lagi. Namun belakangan ini ia hanya membeli sekitar 30 kilogram.
Dalam pengamatan Agus, kenaikan harga terjadi rata-rata pada bawang yang diimpor. Sedangkan komoditas hasil lokal seperti bawang merah cenderung stabil. "Bawang merah malah turun dari Rp 35 ribu per kilogram sekarang jadi Rp 28 ribu per kilogram," ujarnya.