REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Semurah-murahnya harga makanan yang ditawarkan pasar-pasar Kenya ternyata masih belum terjangkau banyak orang. Sebab, harga makanan secara subtansial meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, tidak terkecuali terjadi saat memasuki bulan suci Ramadhan.
Dilansir dari Anadolu Agensi, Ahad (28/5), harga makanan di Kenya telah melonjak tinggi sampai tingkat mengkhawatirkan. Hal itu dikarenakan kekurangan akibat kekeringan yang telah mempengaruhi tiga juta orang Kenya dan jutaan warga Afrika timur secara keseluruhan.
Hassan Juma, salah seorang penduduk setempat mengatakan, beberapa produk makanan harganya bisa mencapai dua kali lipat jika dibandingkan Ramadhan dua tahun lalu. Padahal, tahun-tahun sebelumnya keadaan baik-baik saja dan sekarang orang-orang memenuhi pasar.
"Dua sampai tiga kali lipat orang yang ada di pasar dari tahun-tahun sebelumnya, orang tidak punya uang untuk membeli makanan," kata Juma.
Ia menerangkan, roti yang begitu penting di Kenya, sangat mahal karena sereal melejit. Juma yang memperoleh 500 shilling atau lima dolar, malah belum tahu pasti bisa atau tidak membeli makanan bagi keluarganya, dan mungkin akan tetap menjalani puasa sepanjang malam.
"Setelah puasa, anda tidak memiliki apa-apa untuk diletakan di atas meja, dan itu pun masih banyak orang lain yang lebih menderita dari itu," ujar Juma.
Menurut catatan pemerintah Kenya, 23 dari 47 kabupaten yang ada terkena dampak kekeringan, dengan dampak terparah di Kenya utara dan pesisir yang didominasi Muslim. Halima Osman yang menjual buah di Eastleigh berharap, pemerintah mau mengurangi harga pangan selama Ramadhan.
Satu ember kentang misalnya, dijual 500 shiling atau lima dolar atau senilai gaji seorang pekerja, sehingga tidak ada yang terjangkau. Kondisi itu diakibatkan pula oknum-oknum yang memanfaatkan kekeringan untuk meningkatkan harga, terutama selama bulan suci Ramadhan.
"Harga tepung jagung yang merupakan makanan pokok kita sangat tinggi, kita tidak punya cukup makanan," kata Osman.
Ketua Dewan Imam dan Pengkutbah Muslim Kenya, Syeikh Hamisi Mungai menuturkan, kenaikan harga pengan mengganggu umat Islam menjalankan puasa Ramadhan. Ia menambahkan, walau Presiden Kenya Uhuru Kenyatta membebaskan bea tugas selama Ramadhan, harga pangan masih tidak terjangkau masyarakat.