REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berpuasa berarti menahan lapar, haus, berhubungan intim dan emosi dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun apa yang terjadi jika berpuasa di negara yang bahkan matahari tidak pernah terbit atau terbenam?
Komunitas Muslim yang tinggal di lingkaran Arktik mengalami tantangan ini. Mereka bisa mengalami panas terik matahari selama 24 jam penuh. Dilansir dari Independent, sekitar 22 persen populasi dunia atau sekitar 1,6 milyar orang merayakan Ramadhan di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, hanya sebagian sangat kecil berada di wilayah termasuk Lapland, Finlandia dan Swedia.
Wilayah ini mengalami hanya sedikit malam selama bulan musim panas. Satu keluarga Muslim berbagi cerita tentang bagaimana pengalaman Ramadhan mereka di Finlandia Utara tersebut, saat matahari terbenam hanya selama 55 menit.
Mohammed adalah imigran asal Bangladesh. Ia berpuasa mulai pukul 1.35 dini hari dan berbuka pada 12.48 malam hari. Jadi ia berpuasa selama 23 jam lima menit. "Teman, keluarga dan kerabat saya yang tinggal di Bangladesh tidak percaya kami bisa melakukannya," kata dia pada AJ+.
Jadi saat mereka mendengar komunitas Muslim di Finlandia utara berpuasa hingga 23 jam, mereka terkejut dan penasaran. Mohamed bersyukur karena bisa melakukan ini. "Entah kenapa, kami bisa saja, dan kami baik-baik saja," kata dia.
Mohamed bercerita, saudara Muslim lain yang tinggal di negara lain namun dengan kondisi yang sama mengadopsi cara adaptasi lain. Sebagian besar Muslim yang tinggal di Lapland mengikuti waktu puasa negara Islam terdekat, seperti Turki.
Dilansir The New Stribe, seorang asal Kurdi, Kosar Mahmoodi juga tinggal di Finlandia. Ia harus berpuasa selama 21 jam 13 menit per harinya. Perempuan 26 tahun itu sudah sejak 1994 tinggal di Turku, Finlandia bagian selatan.
Ia merasa beruntung tinggal di sana. Menurutnya, di area Finlandia lain ada yang bahkan tidak pernah mengalami malam. Mahmoodi berbagi cara untuk mengatasi puasa ekstrim ini, apalagi ia tetap harus bekerja selama delapan jam.
"Makan sehat dan mengatur jadwal dengan benar," kata dia. Setiap harinya ia hanya punya waktu sekitar tiga jam untuk mengisi tubuh dengan nutrisi. Ia awali dengan makan makanan yang bisa meningkatkan kadar glukosanya sekejap saat berbuka.
Ia kemudian tarawih selama satu jam. Tak lama ia kembali ke rumah untuk makan sahur dan matahari pun kembali terbit. Baginya, puasa adalah soal pola pikir.
"Saya tidak bilang ini mudah, tapi jangan khawatir soal puasa terlalu banyak. Jika kita konsentrasi pada motif dan tujuan kita, maka kita akan mengalami hal signifikan," kata dia.