Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ., M.Pd.I
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daging halal, disembelih sesuai syariat Islam. Itulah tulisan yang tertera di setiap los daging sapi dan kambing milik imigran Maroko atau Bangladesh di sebuah pasar tradisional di Roma.
Kalau los daging babi jelas dipampang boneka babi di depannya. Biasanya yang jual daging babi imigran cina atau warga lokal. Semuanya di-display bersih dan dilengkapi mesin pemotong tulang dan pencincang daging.
Pasar di Roma memang menawarkan banyak sekali keragaman kebutuhan dengan berbagai macam pilihan. Dari sayur mayur, buah-buahan, sembako, mainan, pakaian, ikan, daging, dan lain-lain. Sama dengan pasar di Indonesia.
Lengkap dan murah. Sebelum turun ikut jalan-jalan belanja ke pasar menemani mas Rahmadi dan Bu Suliah (lokal staff di KBRI Roma), saya menyangka bahwa di Roma pasarnya seperti mal dan keren. Ternyata sebelas dua belas saja dengan hampir kebanyakan pasar di Indonesia. Tradisional dan bisa tawar menawar, dan tentunya diskon.
Rapi dan bersih kesan saya di pasar ini. Tertata rapih dan ramah. Tidak sedikit dari mereka menyapa pembeli sesuai dengan bahasa calon pembelinya. Meskipun hanya satu kata seperti ayo dibeli bu. Ini terdengar lucu dan mengakrabkan sekali.
Penjual pun ternyata banyak menawarkan diskon selama Ramadhan ini. Bahkan penjual sayur asal bangladesh memberi bonus buah mangga bangladesh yang manis dan paprika kuning kepada bu suliah, karena memang belanjaan kami sangat banyak.
Untuk di satu los sayuran saja sudah mencapai 140 uero. Ini setara dengan dua juta dua ratusan ribu rupiah. Biasanya belanja untuk kebutuhan dapur jika ada tamu bisa mencapai dua puluh jutaan lebih. Kata suliah, koki di KBRI Roma.
Belum lagi belanja daging, ikan, bumbu-bumbu pelangkap, dan buah-buahan. Jika kebutuhan-kebutuhan pelengkap seperti ala Indonesia, adanya di mini market Asia. Penjulnya pun asal china, kami pun diberikan bonus tiga minuman kaleng untuk buka puasa.
Kami belanja banyak, memang untuk persiapan buka bersama hari sabtu mendatang, 10 Juni 2017, yang menunya akan ditanggung semuanya oleh wisma KBRI. Perkiraan Masyarakat Indonesia yang akan ikut berbuka puasa bersama ditambah mahasiswa Indonesia sekitar dua ratusan orang. Dengan berbuka puasa ini, serasa dekat dengan Indonesia. Meskipun tinggal di negeri yang Minoritas.
Setiap hari sabtu, memang dijaualkan khusus untuk masyarakat Indonesia yang ada di sekitar Roma. Dan nanti akan bergiliran gantian ke Milan dan vatikan. Dan saya ternyata baru tahu, bahwa jarak Roma – Milan seperti Jarak Jakarta – Jogjakarta, menurut informasi dari mas Agie, pelajar Indonesia yang sedang menempuh S-2 di Milan.
Di Milan sangat mengharapkan sekali kedatangan Ustadz dari Indonesia untuk menyirmi rohani dengan pesan-pesan agama. Karena di Milan sedikit sekali pengajian. Semoga teman-teman diberi kesehatan dan semangat untuk tetap mengaji. Kalian hebat.
*Dai Ambassador Cordofa 2017, Tidim LDNU, Penulis Buku: Amroden Belbre; Perjalanan Dakwah 45 hari di Eropa Fathul Khoir; Metode Mudah Memahami Ilmu Tajwid