Pengalaman Puasa Anak Didiagnosis Autisme

Rep: MUTIA RAMADHANI/ Red: Esthi Maharani

Selasa 13 Jun 2017 13:44 WIB

Ramadhan Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Sahl Riyaz adalah remaja 16 tahun yang didiagnosis autisme. Meski demikian, dia memiliki sejumlah talenta khusus dan tetap diperkenalkan ibadah puasa Ramadhan tahun ini. Ibu Sahl, Shabana Reyasudheen berbagi pengalaman membuat anaknya tetap tertarik dengan ibadah ibadah puasa dengan cara memberikan perhatian khusus untuk si buah hati.

"Anak saya suka memasak dan dia senang membantu saya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga," kata Shabana, dilansir dari Zawya, Selasa (13/6).

Sahl, kata Shabana suka memasak, memotong buah dan sayuran, membuat salad buah, sehingga dia membiarkan anaknya melakukan apa yang dia suka. Ini membuat Shabana bisa mengalihkan sejenak perhatian anaknya, khususnya menyiapkan menu berbuka puasa di dapur.

Kemampuan sang anak sangat berguna selama Ramadhan tahun ini. Sahl adalah anak dari orang tua keturunan Kerala, India Selatan. Dia bermasalah dengan komunikasi, perilaku, dan sosial. Selama Ramadhan tahun ini, Sahl tak hanya membantu ibunya menyiapkan menu berbuka puasa di dapur, namun juga menyiapkan meja untuk makan.

"Dia sangat tertarik mempersiapkan buka puasa dan menyambut tamu. Meski dia tak bisa berpuasa penuh, namun dia mengerti artinya dan suka membantu orang lain ketika berbuka puasa," kata Shabana.

Sahl tahu bagaimana cara shalat dan suka pergi ke masjid bersama ayahnya. Ramadhan, kata Shabana adalah momen tepat untuk membiarkan anak dengan autisme lebih paham tentang Islam.

Sahl adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dia sangat menyayangi adik perempuannya, Rani (9) dan adik laki-lakinya, Ramin (6). Dia berjuang mengekspresikan cintanya untuk sang adik meski kesulitan berbicara.

"Dia sangat mencintai saudaranya, namun dia tak bisa ekspresif. Dia bisa bermain dan berinteraksi dengan kedua saudaranya, berbagi mainan. Adik-adiknya juga mengerti keterbatasan kakaknya dan menyesuaikan diri," kata Shabana.

Terpopuler