REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem industri 4.0 dinilai dapat memberi keuntungan bagi sektor manufaktur, salah satunya yakni dapat menaikkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi sebesar 12-15 persen. Untuk itu, industri perlu menerapkan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan yang mampu mengintegrasikan dunia online dan lini produksi dengan memanfaatkan internet sebagai penopang utamanya.
"Pengembangan R&D ke depan diarahkan pada upaya agar industri nasional aktif melakukan inovasi teknologi guna mentransformasikan dan mengimplementasikan sistem industri 4.0 dalam proses produksinya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (20/6).
Menurut Airlangga, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan empat langkah strategis agar Indonesia mampu menghadapi era revolusi industri keempat tersebut. Pertama, mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk memahami penggunaan teknologi internet of things atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.
"Guna mendukung upaya tersebut, kami juga menginisiasi pelaksanaan pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri,” ujar Airlangga.
Pengembangan program ini sekaligus menyiapkan tenaga kerja terampil yang siap pakai di dunia industri dengan target mencapai satu juta orang pada 2019. Langkah kedua, yakni pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart IKM.
Menurut Airlangga, Program e-smart IKM ini merupakan upaya juga memperluas pasar dalam rantai nilai dunia dan menghadapi era industri 4.0. Ketiga, lanjut Airlangga, pihaknya meminta kepada industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality.
Kemudian langkah keempat, yakni inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis. Upaya inkubasi telah dilakukan Kemenperin dengan mendorong penciptaan wirausaha berbasis teknologi yang dihasilkan dari beberapa technopark yang dibangun di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar (TohpaTI Center), Semarang (Incubator Business Center Semarang), Makassar (Makassar Techno Park - Rumah Software Indonesia, dan Batam (Pusat Desain Ponsel).
Airlangga menyebutkan, pada kuartal I 2017, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 20,48 persen terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, di mana sekitar 18,08 persen berasal dari industri pengolahan non-migas. Kontribusi ini adalah yang terbesar dibandingkan sektor-sektor pembentuk PDB lainnya, seperti pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.
Kementerian Perindustrian mencatat, industri pengolahan non-migas tumbuh sebesar 4,42 persen pada 2016. Kemudian, pada kuartal I 2017, pertumbuhan industri pengolahan non-migas mengalami peningkatan menjadi 4,71 persen. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di 2016 sebesar 4,51 persen.
Kinerja yang baik tersebut ditopang oleh ekspor sektor industri yang meningkat sebesar 19,93 persen pada kuartal I 2017. Nilai ekspor sektor industri pada kuartal I 2017 mencapai 30,57 miliar dolar AS atau memberikan kontribusi mencapai 75,28 persen dari total ekspor nasional periode yang sama sebesar 40,61 miliar dolar AS.
Sub sektor industri yang mengalami pertumbuhan tinggi pada kuartal I 2017 adalah industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 8,34 persen, industri makanan dan minuman sebesar 8,15 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 7,52 persen, dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 7,41 persen. Kemudian industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 4,65 persen.