Ini Penyebab Jalan Darurat Brebes-Gringsing Berdebu

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Teguh Firmansyah

Jumat 23 Jun 2017 18:45 WIB

  Kendaraan pemudik melintas di jalan Darurat Brebes-Gringsing, Jateng, Juma (23/6). Foto: Republika/Prayogi Kendaraan pemudik melintas di jalan Darurat Brebes-Gringsing, Jateng, Juma (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BREBES -- Banyaknya debu di jalan darurat Brebes-Gringsing disebabkan karena pembangunan jalur tersebut dibagi menjadi tiga seksi. Mulai dari Gerbang Tol (GT) Kaligangsa hingga pintu keluar Sewaka merupakan seksi pertama. Seksi selanjutnya terhambat pembebasan tanah.

"Rupanya di sini (Seksi Pertama) lebih duluan. Semen di sana jadi lebih 'matang'. Di sana, (Seksi Kedua) pembebasan tanahnya lebih lambat, sehingga begitu dilewati, semen jadi debu. Debi itu sebenarnya adalah semen yang naik," ujar Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono, Jumat (23/6).

Pada materi presentasinya, Condro menjelaskan, kondisi jalan di Seksi Pertama sudah bagus dan rambu-rambunya memadai. Seksi Kedua, mulai dari pintu keluar Gandulan hingga Kandeman, jalan lebih bergelombang dan berdebu.

Di Seksi Kedua itu juga dilakukan perbaikan di beberapa titik. Jalur tol juga jauh dari pemukiman dan minim penerangan serta rambu. Seksi Ketiga, mulai dari pintu keluar Kandeman hingga Gringsing kondisi jalan tak beda jauh dengan Seksi Kedua ditambah rest area yang tidak memadai.

Tim mudik Republika.co.id pun sempat melalui jalan tersebut, baik siang maupun malam hari. Pada malam hari, penerangan jalan memang terasa kurang sehingga jalan sulit terlihat. Debu di Seksi Pertama memang tidak sebanyak setelah masuk ke Seksi Kedua.

Setelah masuk ke Seksi Kedua, kondisi jalan terlihat lebih berdebu dan tak sebagus jalan di Seksi Pertama. Di Seksi Ketiga, alat berat untuk membangun jalan banyak terlihat di sisi-sisi jalan. Tanah di sisi-sisi jalan itu juga lebih banyak ketimbang seksi sebelumnya.

Saat melintasi jalur tersebut, memang banyak debu yang beterbangan. Ini membuat debu-debu tersebut terlihat seperti kabut. Mobil pun terasa berguncang saat melintasinya karena jalan yang tidak rata. Kendaraan juga harus dipacu lambat untuk melalui jembatan yang sedang dibangun di sana.

Selama dibuka, di jalan darurat ini sudah terjadi setidaknya empat kecelakaan. Namun, Condro mengatakan, kecelakaan tersebut tidak ada yang fatal dan tidak menelan korban jiwa. "Rata-rata ringan. Hasil pemeriksaan itu karena lelah. Di Jawa Tengah ini memang merupakan titik lelah para pemudik, jadi sampai di sini ngantuk," jelas dia.

Condro menjelaskan, kasus pertama terjadi pada kendaraan Honda Freed di Jalan Tol Pemalang, Desa Sewaka. Kedua, di KM 355, Batang. Ketiga, di Jembatan Kali Winong, STA 351, Pekalongan. Keempat, di KM 332+335 yang merupakan kecelakaan beruntun. Dari keempat kecelakan itu, terdapat lima korban dengan luka ringan.

"Satu kecelakaan beruntun terjadi saat mobil Toyota Rush sedang istirahat di bahu jalan. Tiba-tiba ada yang nabrak dia dari belakang. Makanya, diimbau betul-betul untuk istirahat saat lelah," sambung Condro.

Terpopuler