REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan mobil murah dan ramah lingkungan (LCGC) dinilai sebagian kalangan bakal membunuh industri mobil nasional (mobnas). Namun, pelaku industri otomotif lokal mengaku tidak ambil pusing dengan program pemerintah tersebut.
"Di satu sisi, produk regulasi (LCGC) ini tidak menguntungkan bagi kegiatan produksi otomotif lokal. Tapi, kami tidak merasa terganggu," ujar Dwi Budi Martono, teknisi dari PT Solo Manufaktur Kreasi yang merupakan produsen mobil Esemka, Sabtu (21/9).
Menurutnya, kebijkan LCGC memang kurang berpihak pada pelaku industri otomotif lokal. Karena program ini justru memberikan subsidi yang besar untuk para pemodal asing, bukan kepada rakyat sendiri. Padahal, sejak 2012, mobil Esemka sudah lolos uji emisi dan uji layak jalan. PT Solo Manufaktur Kreasi juga sudah mengantongi izin untuk memproduksi mobil ini secara massal.
Tapi hal tersebut tidak mematahkan semangat perusahaannya untuk terus mengembangkan Esemka menjadi mobil karya anak bangsa yang dapat bersaing di pasar. "Kalau pemerintah punya pilihan lain, mau bagaimana lagi. Yang jelas, kami tetap jalan terus untuk memproduksi mobil rakyat secara mandiri. Meski pun sekarang ini ada beberapa komponen yang masih kami impor dari luar," tutur Martono.
Sampai saat ini, kata dia, sedikitnya ada lima unit mobil bermerek Esemka yang sudah memiliki BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor-red). Termasuk salah satunya mobil milik Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
Ia menuturkan, perusahaannya sebenarnya juga memiliki niat untuk untuk memproduksi LCGC. "Tetapi mungkin bukan sekarang. Kami ingin mengembangkan model-model yang sudah ada dulu," imbuhnya.