Selasa 12 Dec 2017 19:03 WIB

Cina Bangun Kamp Pengungsi di Perbatasan Korut, Ada Apa?

Rep: Marniati/ Red: Elba Damhuri
Seorang tentara Korea Utara melihat Desa Panmunjom di Paju, Korea Selatan yang berbatasan dengan Korut melalui teropong.
Foto: EPA/Jeon Heon-Kyun/Poo
Seorang tentara Korea Utara melihat Desa Panmunjom di Paju, Korea Selatan yang berbatasan dengan Korut melalui teropong.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING-- Cina secara diam-diam membangun jaringan kamp pengungsian di sepanjang perbatasan 1.416 km dengan Korea Utara. Kamp pengungsian ini disiapkan untuk masuknya pengungsi dari Korea Utara (Korut) jika rezim Kim Jong-un runtuh.

Dilansir Guardian, Selasa (12/12), rencana untuk pembangunan kamp ini pertama kali dilaporkan oleh Financial Times pekan lalu. Dokumen internal pembangunan kamp ini diketahui telah bocor.

Dokumen Cina Mobile, yang telah beredar di media sosial dan situs web luar negeri Cina sejak pekan lalu, mengungkapkan rencana pembangunan lima kamp pengungsian di provinsi Jilin.

"Karena ketegangan lintas batas, komite partai (Pemerintah Komunis) dan pemerintah daerah Changbai telah mengusulkan untuk mendirikan lima kamp pengungsi di wilayah Jilin," tulis dokumen tersebut.

Lokasi dari tiga fasilitas tersebut rencananya akan dibangun di tepi sungai Changbai, Changbai Shibalidaogou, dan Changbai Jiguanlizi. New York Times melaporkan pusat-pusat pengungsi juga direncanakan dibangun di kota Tumen dan Hunchun.

Seorang juru bicara kementerian luar negeri Cina menolak untuk mengkonfirmasi keberadaan kamp tersebut dalam sebuah konferensi pers reguler pada Senin. Namun ia juga tidak menyangkal proses pembangunan tersebut. "Saya belum melihat laporan semacam itu," kata Lu Kang kepada wartawan.

Dokumen yang bocor berisi nama dan nomor telepon seorang karyawan Cina Mobile yang merancang kamp tersebut. Namun nomor tersebut tidak menjawab panggilan yang dilakukan. Pembangunan kamp tampaknya mencerminkan kekhawatiran yang berkembang di Beijing tentang potensi ketidakstabilan politik atau bahkan keruntuhan rezim di Korea Utara.

Seorang pengamat Korea Utara dari Universitas Renmin di Beijing, Cheng Xiaohe, mengatakan dia tidak dapat memastikan apakah dokumen tersebut asli. Ia mengatakan pembangunan kamp tersebut akan menjadi tindakan yang tidak bertanggung jawab jika dilakukan tanpa persiapan.

"Ketegangan tinggi di semenanjung Korea di ambang perang. Sebagai kekuatan besar dan negara tetangga, Cina harus membuat rencana untuk semua kemungkinan," katanya.

Seorang pembuat dokumenter Jepang yang mengelola jaringan jurnalis warga di Korea Utara dan di perbatasan Cina, Jiro Ishimaru, mengaku sudah mendengar rencana pembangunan kamp tersebut walaupun ia belum melihat tanda-tanda proses pembangunan.

Ketegangan di semenanjung Korea telah meningkat setahun ini karena Presiden AS Donald Trump meningkatkan tekanan pada Korea Utara. Pyongyang juga telah mempercepat program rudal nuklir dan balistiknya yang membawa Korut pada dua sanksi PBB.

Setelah uji coba rudal balistik antarbenua terbaru pada 29 November, Pyongyang mengklaim memiliki kemampuan rudal untuk menyerang daratan AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement