REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) DKI Jakarta menyatakan, tahun depan akan terjadi fase pemulihan di pasar properti. Hal itu didukung oleh 2018 yang akan menjadi tahun politik.
"Dari hasil pengamatan IPW (Indonesia Property Watch), pasar properti pada 2018 akan mulai bergeliat. Apakah itu karena tahun politik atau apa belum tahu, tapi harapannya kalau tahun politik, kayaknya uang akan beredar di mana-mana," ujar Ketua DPD Apersi DKI Jakarta M Aviv Mustaghfirin dalam Seminar Properti di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, (20/12).
Dengan adanya prediksi positif untuk pasar properti 2018, maka Aviv berharap dukungan dari perbankan. Pasalnya, ada potensi kenaikan industri properti tahun depan. "Apalagi sekarang ada pembangunan perumahan yang mengaitkannya dengan pengembangan infrastruktur atau Transit Oriented Development (TOD). Banyak sekali sekarang pengembang mencari lahan di area TOD. Maka kalau jualan promonya 'lima menit sampai stasiun' begitu," kata Aviv.
Baginya, keterkaitan antara pembangunan kawasan pemukiman dengan infrastruktur sangat erat sekali. "Semoga ke depan kita bisa bidik itu agar pasar properti terus berkembang," ujarnya.
Aviv menyebutkan, berdasarkan data yang ada, untuk penjualan rumah di harga Rp 300 juta sampai Rp 500 juta naik sekitar 46 persen tahun ini. Lalu untuk rumah Rp 150 juta sampai Rp 300 juta meningkat 27 persen. Sedangkan penjualan rumah bersubsisi naik hingga 20 persen.