REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- General Manager PLN Wilayah NTB Mukhtar mengatakan, PLN Wilayah NTB mampu merealisasikan rasio elektrifikasi sebesar 85,10 persen pada 2017, atau di atas target sebesar 80,10 persen. Sebelumnya pada 2016, rasio elektrifikasi NTB baru mencapai 77,68 persen.
Untuk rinciannya, Pulau Lombok telah memiliki rasio elektrifikasi sebesar 83,68 persen, sementara Pulau Sumbawa memiliki angka 88,92 persen pada 2017
"Awalnya oleh pemerintah, pada 2020, kami ditargetkan merealisasikan rasio elektrifikasi sebesar 92,75 persen. Namun kami ingin mempercepat, kami targetkan pada 2020, rasio elektrifikasi di Provinsi NTB sudah mencapai 100 persen," ujar Mukhtar di Mataram, NTB, Rabu (17/1).
Mukhtar menjelaskan peningkatan rasio elektrifikasi ini didorong dengan adanya program listrik desa (lisdes), seperti yang dilakukan di Pulau Bajo, Manggalewa, Kabupaten Dompu, dan Dusun Jeringo, Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur.
Pada 2018, rasio elektrifikasi di NTB ditargetkan mencapai 90 persen. Untuk merealisasikan target tersebut, melalui program lisdes, rencananya PLN akan membangun jaringan untuk melistriki dusun-dusun yang berada di 70 desa. Salah satunya program listrik pedesaan untuk melistriki Gili Gede.
Selain program listrik desa, kata Mukhtar, peningkatan rasio elektrifikasi juga didorong ketersediaan daya listrik yang cukup. Beberapa pembangkit baru yang saat ini dalam tahap konstruksi juga direncanakan akan beroperasi, di antaranya PLTMG Sumbawa berkapasitas 50 Megawatt (MW), PLTMG Bima berkapasitas 50 MW, PLTU Jeranjang Unit 2 berkapasitas 25 MW, dan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW. Sementara PLTGU Lombok Peaker berkapasitas 150 MW diprediksi selesai pada akhir tahun 2018 atau awal 2019. "Kami optimis bisa merealisasikan target RE 100 persen di 2020," kata Mukhtar.
Mukhtar mengungkapkan, penambahan kapasitas pembangkit yang ada bukan hanya untuk peningkatan rasio elektrifikasi, tetapi juga untuk mendukung tumbuhnya sektor bisnis dan industri di NTB.