Selasa 23 Jan 2018 15:31 WIB

Beras Medium Bulog tidak Diminati Warga Bogor

Kualitas beras dianggap buruk dan bahkan tidak jauh berbeda dibanding dengan Raskin.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nur Aini
Stok beras Bulog, ilustrasi
Foto: Antara
Stok beras Bulog, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Beras medium yang disediakan Badan Urusan Logistik (Bulog) melalui operasi pasar di Kabupaten Bogor tidak diminati masyarakat. Sebab, kualitas beras dianggap buruk dan bahkan tidak jauh berbeda dibanding dengan beras miskin atau raskin.

Tiara (35 tahun), warga Cibinong, Bogor, mengaku kelimpungan untuk mencari pengganti beras medium yang ia dapatkan dari agen di sekitar rumahnya. "Pas saya pegang, sudah ketahuan itu nggak bagus kualitasnya dibandingkan yang biasanya," ucap ibu satu anak itu kepada Republika.co.id, Selasa (23/1) siang.

 

Menurunnya kualitas beras medium sudah dirasakan Tiara sejak sepekan lalu. Menurutnya, salah satu perbedaan paling jelas terletak pada wangi beras. Kalau produk biasa cenderung wangi, kini Tiara hanya mendapatkan bau apek dari beras medium yang beredar.

 

Tapi, karena belum ada pengganti, Tiara terpaksa harus mengonsumsi beras yang dibanderol dengan harga Rp 10 ribu per liter itu. "Kalau mau beras premium, mahal. Kalau nggak beli, ya mau makan pakai apa," ujar ibu rumah tangga itu.

 

Kondisi serupa juga dialami oleh Ida (45 tahun), pemilik usaha tempat makan di bilangan Cibinong. Sudah hampir dua pekan, ia memakai beras medium yang berkualitas setara dengan beras harga termurah, padahal harganya berbeda Rp 2.000.

 

Untuk mengantisipasinya, Ida mencampur beras medium dengan beras premium yang dibelinya dengan harga Rp 12 ribu sampai Rp 13 ribu per kilogram. "Kalau nggak gitu, nanti nasinya keliatan jelek banget," kata ibu dari tiga anak ini.

 

Kondisi buruknya kualitas beras medium dari Bulog diakui Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bogor, Jona Sijabat. Dari dari delapan ton beras medium di tiap operasi pasar di Kecamatan Cibinong dan Citereup pada Selasa (23/1), hanya seperempat yang laku. "Itu sudah alhamdulilah," ujarnya.

 

Dalam operasi pasar, beras medium dipatok dengan harga Rp 8.500 per kilogram. Meski terbilang murah dibandingkan harga di pasaran saat ini yang menjangkau Rp 11 ribu per kilogram, kuantitas penjualan tetap rendah.

 

Jona menjelaskan, pihaknya sudah menyampaikan keluhan tersebut pada Bulog saat rapat beberapa waktu lalu. Ia meminta agar beras yang dikeluarkan saat operasi pasar bisa lebih baik dan setara dengan kualitas beras medium biasanya. "Tapi, ternyata, masih kualitas yang bedanya dikit dengan raskin," ucapnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement