REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir pekan lalu, Republika.co.id sempat ikut mengantarkan lima wisata wan dari program per tukaran Muslim (MEP) asal Australia. Visi mereka adalah melihat langsung bangunan masjid bersejarah di Jakarta. Dan, hari itu mereka menyambangi Masjid Luar Batang di Penjaringan, Jakarta Utara.
Sejarah Jakarta boleh dibilang turut terukir di masjid ini. Luar Batang bermakna daerah di luar batang (groote boom) yang menutup Pelabuhan Sunda Kelapa pada malam hari. Masjid Luar Batang di perkirakan berdiri pada 1736 Masehi dan dibangun oleh al-Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah al 'Aydrus, ulama dari Hadramaut. Di area masjid ini pula sang habib yang meninggal pada 24 Juni 1756 tersebut dimakamkan.
Arsitektur masjid itu bergaya campuran Arab-India-Cina.Pada awal 2000, Pemprov DKI menetapkan masjid itu sebagai banguna n cagar budaya.Di Aceh, kita mengenal Masjid Baiturrahman yang terkenal.Nama masjid tersebut berasal dari nama masjid raya yang dibangun Sultan Iskandar Muda pada 1022 Hijriyah atau 1612 Masehi.
Saat terjadi bencana tsunami di Aceh pada 2004, Masjid Baiturrahman selamat dan hanya mengalami kerusakan kecil.
Masjid yang memiliki tujuh kubah, empat menara, dan satu mena ra induk itu kini makin cantik dengan kehadiran payung-payung raksasa yang mirip dengan payung- payung yang mengembang di Masjid Nabawi, Madinah.
Sebagai negara dengan pen duduk mayoritas Muslim, sejarah Islam di negeri ini berkembang seiring dengan catatan perjuangan bangsa. Maka, kita pun mengenal ba nyak masjid yang menyimpan cerita masa lalu yang menarik untuk ditelusuri sekaligus mengagumi gaya arsitektur yang juga memiliki nilai filosofis.
Arsiya Heni Puspita, seorang praktisi wisata Muslim berpandangan, wisata masjid tua di In donesia terbilang potensial, terutama karena Indonesia merupakan ne gara dengan mayoritas penduduk Muslim.
`'Sebab, perkembangan Islam di mana pun pasti berawal dari masjid.Oleh karena itu, menarik kalau wisata masjid tua di kembangkan menjadi objek wisata,'' ujar Heni, sapaan akrabnya.