Selasa 19 Apr 2022 23:30 WIB

Hikmah Kisah Orang-Orang Terdahulu di dalam Alquran

Kisah-kisah orang-orang terdahulu di Alquran merupakan pengingat dan ibrah.

Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT memberikan pelajaran kepada manusia lewat beragam cara. Salah satunya adalah menampilkan kisah orang-orang terdahulu di dalam Alquran.

Ada kisah para nabi dan rasul, ada pula kisah tentang para pendurhaka, seperti Qarun, Firaun, serta umat atau kaum yang telah dibinasakan oleh Allah SWT.

Semua kisah yang terdapat di dalam Alquran itu sejatinya tidak hanya menjadi cerita yang diperdengarkan kepada anak cucu kita. Melainkan menjadi pengingat dan ibrah bagi semua orang.

Ustaz Adi Hidayat mengatakan banyak peradaban manusia pada masa lampau telah dimusnahkan Allah karena kedurhakaan mereka terhadap Sang Pencipta.

Saat ini, sebagian dari sisa-sisa peradaban mereka masih dapat kita temukan dalam bentuk puing-puing reruntuhan kota ataupun dalam rupa peninggalan yang lainnya.

Menurut Ustaz Adi, semua peninggalan sejarah itu semestinya dapat menjadi pelajaran untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT.

Namun, tidak sedikit orang yang berkunjung ke situs-situs sejarah tersebut hanya untuk berwisata atau sekadar mengambil foto. Padahal, sisa-sisa peradaban pada zaman lampau sengaja dihadirkan Allah untuk memberikan pesan sekaligus menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada manusia yang hidup pada masa sesudahnya.

"Bagi orang yang beriman, apa saja yang ia lihat dan dengar selalu mengingatkannya dengan Allah SWT. Begitu pula ketika ia melihat puing-puing peradaban umat manusia di masa lalu atau mendengar kisah tentang mereka, akan bertambah keimanannya kepada Allah," ujar Ustaz Adi.

Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau mencip takan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'." (QS Ali Imran [3]: 190–191).

Ustaz Adi menjelaskan kata tanda di dalam bahasa Arab memiliki dua bentuk istilah. Yang pertama disebut dengan alamat, sedangkan yang lain disebut ayat.

Allah SWT sendiri selalu menggunakan kata ayat untuk mengungkapkan tanda-tanda kekuasaan-Nya di dalam Alquran.

Secara terminologi, kata alamat diartikan sebagai tanda yang mendekatkan seseorang kepada tujuannya. Kata ini juga diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk merujuk pada lokasi tertentu.

Sementara itu, kata ayat dalam bahasa Arab mempunyai makna yang lebih khusus lagi, yaitu tanda yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Sang Pencipta.

"Inilah alasan mengapa isi Alquran disebut ayat oleh umat Islam. Karena setiap kali membaca atau mendengarkannya, orang Mukmin akan semakin dekat dengan Allah SWT," ujar dai lulusan Islamic Call College Tripoli, Libia, itu.

Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal." (QS al-Anfal [8]: 2).

Yang paling menarik, kata Ustaz Adi, Allah SWT tidak sekadar menghadirkan kedekatan kepadaham ba-Nya lewat tanda-tanda yang tertulis dalam Alquran (ayat-ayat qauliyah).

Allah juga menghadirkan bentangan kehidupan di alam semesta ini untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada manusia. Tanda-tanda di alam inilah yang dikenal sebagai 'yat-ayat kauniyah.

"Ayat-ayat kauniyah digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat yang tertulis dalam Alquran. Dan bagi orang yang imannya kuat, seluruh tanda kebesaran Allah yang ia lihat di alam ini akan langsung menghujam ke dalam jiwanya dan memberikan gambaran kedekatannya kepada Sang Khalik," tutur Ustaz Adi.

Karena itulah, kita dituntut untuk menyelami tanda-tanda kekuasaan Allah di mana pun kita berada. Sebab, tanda-tanda itu dapat memperkuat keimanan kita kepada Sang Pencipta, seperti yang disampaikan-Nya dalam Alquran, "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar. Tiadakkah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (QS Fussilat [41]: 53).

sumber : Dialog Jumat Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement