REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ulama menyampaikan, ada tiga hal yang harus dilakukan setiap Muslim, baik secara individual maupun kolektif. Tujuannya agar kebaikan yang kita kerjakan terjaga dan berlanjut. Pertama adalah orientasi mencari keridhaan Allah SWT.
Ada ungkapan, ma kana lillah fahuwa muttashil, wa ma kana lighairillah fahuwa munfashil. Artinya, sesuatu yang dikerjakan untuk mencari keridhaan Allah SWT akan tersambung. Sedangkan, sesuatu apa pun itu, sebesar apa pun keuntungan yang didapat di dalamnya, yang dikerjakan untuk selain Allah, akan terputus.
Di dalam Alquran, Allah SWT mengikhtisarkan semua tugas dalam kehidupan kita di dunia ini dalam satu rangkaian ayat yang pendek. Allah berfirman, Wa ma umiru illa liya'budullaha mukhlishina lahud din. Artinya, tidaklah manusia diperintah dengan komando apa pun kecuali satu hal, agar mereka mengikhlaskan agama itu untuk Allah SWT. Tujuannya agar mereka mengorientasikan segala amal baik yang dikerjakan hanya untuk mencari ridha Allah.
Doing good for God. Mengerjakan amal baik untuk Allah. Kita mengerjakan kebaikan, apa pun bentuknya, baik itu ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, zakat, dan zikir kita, maupun ibadah selain mahdhah, seperti silaturahim dan kontribusi keumatan, mari kita motivasikan dengan benar untuk mencari ridha Allah SWT.
Kedua, `amaliyyatut ta'wid atau pembiasaan. Kita menyimak firman Allah SWT, Innama amruhu idza arada syaian ay yaqula lahu kun fayakun. Urusan Allah SWT ada pada huruf kaf dan nun pada kata kun. Artinya, kalau Allah SWT menginginkan sesuatu, tanpa ada proses, tanpa butuh waktu, tanpa butuh sesuatu apa pun, seketika dikehendaki, seketika itu terjadi.
Namun, apakah seperti itu yang Allah SWT tunjukkan dalam penciptaan makhluk-makhluk-Nya? Tidak. Allah SWT menciptakan semua ciptaannya dengan proses. Penciptaan langit dan bumi dilakukan dalam enam hari, fi sittati ayyam. Terkait penciptaan manusia, Allah berfirman, Laqad khalaqakum athwara. Artinya, Allah telah menciptakanmu dengan tahapan-tahapan.
Tidak ada kata instan. Tidak ada kata segera. Semua membutuhkan proses. Rasulullah SAW ditanya oleh para sahabatnya, wahai Rasulullah, mengapa kita tidak bersegera melawan mereka. Pada saat kita mendakwahkan keesaan Allah SWT dengan baik, mereka justru merespons dengan menindas, mengejar, dan memerangi, memusuhi, dan membunuhi kita. Mengapa tidak kita lawan?
Rasulullah SAW kemudian mengarahkan para sahabat untuk bersabar, kemudian mengarahkan mereka ke proses yang panjang di Makkah dan Madinah. Nabi Muhammad SAW menghabiskan 22 tahun untuk melahirkan generasi berkualitas.
Setiap saat Rasulullah SAW selalu mendapatkan petunjuk Allah SWT. Bagaimana sekarang kita melaksanakan proses hidup ini yang penuh dengan kekurangan. Tentu lebih membutuhkan kesabaran lagi. Di sinilah pentingnya pendidikan yang membiasakan kita untuk cinta kepada agama dan negara.
Ketiga adalah ruhul jama'ah. Secara sederhana bisa diartikan sebagai kolektivitas atau sinergi. Rasulullah SAW turun ke lubang ketika membangun Masjid Nabawi di Madinah bersama kaum muhajirin dan anshar untuk membangun fondasi. Ketika itu beliau berdoa, Allahumma la `aysya illa `aysyal akhirah, faghfiril anshara wal muhajira.
Dua kaum itu diletakkan dalam satu napas. Sama-sama dihargai dan dimuliakan. Dalam perang, semua dihargai dalam kontribusi, talenta, dan bakatnya. Kebaikan menjadi manfaat satu komunitas. Semuanya sama-sama merasakan Masjid Nabawi sebagai milik bersama.
Tiga hal tersebut dapat kita korelasikan dengan kehidupan kita sehari-hari sebagai pendidik, guru, karyawan, aparatur pemerintahan, dan lainnya. Semuanya sangat baik untuk kita terapkan.