Nuansa Ramadhan di Baizin

Red: Agung Sasongko

Senin 30 Apr 2018 15:13 WIB

Kota Granada Foto: http://www.accommodationengine.co.uk Kota Granada

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nuansa keislaman yang khusus terasa saat Ramadhan di selatan negara Spanyol. Di mana aroma masa lalu Islam yang indah masih segar dalam benteng terakhir Muslim Andalusia.

Daerah itu bernama Baizin, di Granada. Selama bulan Ramadhan, suasana Baizin sangat mirip dengan lingkungan tua di Damaskus, Suriah,atau Casablanca di Maroko. Bahkan, orang Spanyol di daerah itu menikmati karakteristik yang berbeda dibandikan dengan daerah lain di seluruh Spanyol.

Ketika seseorang berjalan melalui jalan-jalan, kue-kue Ramadhan, kaset keagamaan, dan buku-buku dapat ditemui dengan mudah. Di sana, kita pun bisa menjumpai banyak kaum perempuan bercadar. Oleh karena itu, suasana di Baizin itu tidak bisa disebut ‘asinga’ di tengah kehidupan bebas Eropa.

Di wilayah Spanyol yang dekat dengan Maroko tersebut, Baizin dikenal sebagai Pulau Hijau. Di posisinya yang dekat Gibraltar, banyak restoran yang dimiliki oleh orang Maroko. Restoran di sana memang khusus untuk melayani umat Islam yang berpuasa.

Karena merupakan daerah kepulauan, banyak orang yang singgah di pelabuhan. Mereka dari berbagai bangsa, sebagian besarnya adalah orang-orang Muslim yang sedang berpuasa. Mereka biasanya terpaksa berbuka atau bersiap-siap untuk makan sahur di pelabuhan.

Salah satu warga Maroko di Pulau Hijau, Ahmed Aznak, seperti dikutip dari IslamOnline.net, mengatakan, aktivitas dan suasana Ramadhan di Baizin tidak jauh berbeda seperti di Maroko. “Ada banyak orang Muslim dan masjid di sana,” ujarnya.

Selain Baizin, Granada, mutiara selatan Spanyol, Marbella, atau yang sering disebut ‘Kota Impian’, juga dianggap sebagai kota terbaik di Spanyol untuk menjalankan ibadah puasa. Tidak heran, banyak imigran Muslim menemukan suasana harmoni dan ketenangan selama bulan suci di sana.

Selain itu, Marbella juga memiliki sebuah masjid besar yang sangat elegan. Selama Ramadhan, mawa'id Ar-Rahman (jamuan makan iftar amal di jalan) juga berlimpah.

Hameed, penduduk Marbella asal Maroko, mengatakan, di masa lalu banyak makanan yang dibawa ke masjid selama bulan Ramadan untuk para berbuka dan sahur. “Dulu biasanya kami membuang sisa makanan, tapi Ramadhan menyadarkan kami untuk merasakan penderitaan orang miskin,” kata Hameed.

Terpopuler