REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ramadhan sudah dekat, berbagai aktivitas menyambut datangnya bulan penuh berkah pun dilakukan umat muslim, di berbagai pelosok negeri. Mulai dari membersihkan alas mushala dan masjid hingga menyiapkan rangkaian kegiatan guna menyemarakkan Ramadhan.
Bagi warga Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam Rifa'iyah Al Mina Bandungan, Kabupaten Semarang, selain membersihkan lingkungan masjid, jelang datangnya bulan suci ini juga merupakan kesempatan untuk merawat dan membersihkan jam istiwa.
Di ponpes Al Mina ini, jam istiwa masih dipertahankan sebagai penanda waktu untuk melakukan panggilan shalat bagi penghuni ponpes dan warga yang ada di lingkungan sekitar ponpes ini. "Sehingga, penting bagi kami melestarikan jam istiwa ini," ungkap salah satu pengurus ponpes, Dwi Sutoro, Senin (16/5).
Jam istiwa di kompleks Ponpes Almina, jelasnya, saat ini ditempatkan di halaman masjid Al Huda. Sebelumnya jam istiwa ini telah beberapa kali berpindah penempatannya. Karena posisi di posisi semula sudah tidak bisa mendapat sinar matahari penuh akibat terhalang bangunan serta bayangan pepohonan.
Kini penanda waktu ini sudah berada pada posisi yang ideal untuk digunakan sebagai mana fungsinya. "Ini juga merupakan salah satu upaya warga pondok untuk melestarikan jam istiwa ini, tambahnya.
Menjelang datangnya Ramadhan kali ini, jelas Dwi, dimanfaatkan oleh para penghuni ponpes untuk membersihkan dan merawat jam istiwa. Perawatan harus dilakukan karena penempatannya berada di ruang yang terbuka dan tanpa pelindung sama sekali.
Sehingga jamak terpengaruh oleh dampak terik matahari atau guyuran air hujan pada saat musim penghujan. Umumnya, agar penanda waktu ini mudah dibaca harus dibersihkan dari debu, jamur dan kotoran lain yang bisa merusak material jam istiwa tersebut.
Pengurus ponpes menguasai ilmu falak biasanya juga memeriksa serta membersihkan bagian demi bagian jam istiwa. Tidak hanya itu, pihak yayasan sesekali waktu juga mendatangkan staf Kemenag Kabupaten Semarang untuk menguji akurasi jam istiwa ini.
Dengan perawatan ini, maka penanda waktu berbahan kuningan tersebut kondisinya masih sangat terawat dan dapat difungsikan secara optimal. Karena jam istiwa ini ada semenjak masjid Al Huda yang ada di kompleks Ponpes Al Mina ini ada.
Bahkan jam istiwa ini juga masih digunakan sebagai rujukan bagi sebagian warga warga Bandungan, khussnya yang ada di sekitar ponpes ini. "Jika Masjid Al Huda belum mengumandangkan azan, maka masjid dan mushala lainnya pun belum mengumandangkan panggilan shalat tersebut," tambahnya.
Dwi juga menambahkan, mempertahankan dan melestarikan penggunaan jam istiwa ini bukan tanpa alasan. Apabila memakai jam digital maupun jam analog, masih bisa terjadi selisih waktu dalam hitungan menit. Namun dengan patokan jam istiwa ini waktu salat bisa lebih akurat.
Sementara itu, salah seorang Salah satu siswa MTs Al Mina Bandungan, Aldila Fatma Zahra (12) mengamini, jika jam istiwa ini menjadi rujukan bagi para penghuni ponpes maupun para siswa MTs Al Mina.
Agar para siswa memahami fungsi dan kegunaan penanda waktu ini, setiap siswa di MTs ini telah mendapatkan pemahaman dari para guru. Para siswa telah belajar bersama tentang bagaimana menghitung dan mengetahui waktu salat berpatokan pada sinar matahari ini, jelasnya.
Dengan begitu, lanjutnya, siswa juga akan paham kapan saatnya panggilan shalat dzuhur atau shalat Ashar semestinya dikumandangkan untuk umat. Karena siswa MTs Al Mina jamak menunaikan shalat berjamaah di masjid Al Huda ini.
Khusus dalam menyambut Ramadhan, masih jelas Zahra, para siswa juga memiliki kewajiban untuk merawat dan membersihkan jam istiwa ini. Hal tersebut dilakukan untuk ikut menjaga salah satu benda bersejarah di lingkungan ponpes ini.
Meski sekarang ini zaman sudah sangat moderen, pemanfaatan jam istiwa ini sudah cukup langka di daerahnya. "Boleh jadi di Kabupaten Semarang saja, penanda waktu seperti ini yang masih digunakan bisa dihitung dengan jari, alias sudah tidak banyak," tegasnya.