REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah kembali menggelar pengajian Ramadhan. Kali ini, tema besar yang diusung adalah terkait dengan keadaban digital.
Ketua Umum (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir saat membuka pengajian Ramadhan itu menyampaikan bahwa, dalam relasi digital yang berkembang saat ini, empati dan faktor rasa mulai tergerus di dalam kehidupan bermasyarakat. Kehadiran dunia digital, Haedar mengatakan, mengutip Fukuyama, telah membawa dunia pada era disrupsi.
Dengan adanya era digital saat ini mengakibatkan kejahatan digital, porak-porandanya institusi keluarga, pudarnya ikatan pernikahan, adanya hubungan sosial yang rusak. Inilah yang disebut dengan era disrupsi," katanya dalam pengajian yang digelar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Kamis (24/5) petang tersebut.
Haedar pun mengingatkan bahwa bukan media digital yang salah. Melainkan manusia yang tidak bisa mengelola dan memanfaatkan teknologi informasi itulah sumber masalah yang sebenarnya. Oleh karena itu, aspek penyiapan mental manusia inilah yang perlu dibenahi, sehingga manusia tidak tergantung dan terserap oleh teknologi dan tidak mencerabut budaya dan nilai-nilai keadaban.
Ia menilai, akibat media digital juga di antaranya adalah luruhnya orientasi nilai, menghilangkan nalar rasa dan nalar spiritual. Alam pikiran tereduksi, hubungan relasi kebersamaan berganti menjadi hubungan yang lebih individualis. "Dunia digital merupakan dunia maya. Realitas yang ada merupakan realitas bentukan, tetapi nyata. Orang menjadi terpolarisasi dalam afilisasi kelompok-kelompok. Inilah dunia simulacra," tegasnya.