REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pengajian biasanya ditemui di Masjid atau Mushola. Namun lain halnya dengan pengajian yang diinisiasi oleh Komunitas Simfoni Remaja (Siram) Masjid Kota Tasik. Mereka justru menjadikan taman sebagai tempat menimba ilmu spiritual.
Penanggungjawab kegiatan Komunitas Siram Kota Tasik, Galih Permana mengatakan kegiatan ini sengaja dilakukan supaya para remaja di Kota Santri mampu menggunakan waktu luang saat menunggu berbuka puasa dengan kegiatan positif keagamaan. Target pengajian memang menyasar kelompok remaja dengan pola pesantren kilat (sanlat).
Selain lokasi pemilihan mengajinya yang unik, metode pengajiannya juga diinovasi. Para remaja tidak mengaji dalam format membaca kitab suci maupun kitab-kitab lain. Selama kegiatan, mereka ditemani sejumlah mentor relawan pemberi materi khusus. Isi materinya berupaya mengupas relung-relung kedirian masing-masing supaya bisa lebih mengenal diri sendiri, alam sekitar, dan Allah.
"Secara umum kegiatannya seperti belajar mengajar biasanya. Kita ngasih materi seputar Ramadhan, tentang problematika remaja, galau, dan lain sebagainya. Ini akan menjadi gerbang hijrah bagi para remaja," katanya pada wartawan, belum lama ini.
Ia menyebut kegiatan sanlat ini baru pertama kali dilaksanakan. Peminatnya, kata dia ada 103 peserta dengan rincian 43 perempuan dan 60 laki-laki. Para peserta berasal dari latar pendidikan beragam. Mulai murid SD hingga mahasiswa. Kegiatan berlangsung sejak awal hingga pertengahan Ramadhan ini.
"Kami mengemas tidak seperti pengajian biasamya agar tidak terlalu kaku. Kami adakan kegiatan ini di outdoor agar lebih rileks semuanya, bagi para peserta didik dan juga relawan pengajar. Sehingga mereka bisa lebih terbuka dan cair suasananya," ujarnya.
Ia berharap kegiatan sanlat tersebut dapat membentuk mental remaja Kota Tasik menjadi lebih religius dan memegang nilai-nilai positif dalam hidup. Selanjutnya, para peserta disarankan menebar ilmu dari kegiatan sanlat ke lingkungannya.
"Kami sebagai pemuda harus berbuat sesuatu untuk lingkungan kami sendiri. Semoga remaja-remaja ini bisa berkontribusi mengubah lingkungannya. Semangat pemuda berpengaruh sekali kepada kondisi lingkungan sekitar karena mereka punya ambisi besar yang harus disalurkan secara positif," ucapnya.
Sementara itu, salah satu peserta, Arli Muhammad Fauzi merasa kegiatan sanlat ini memberi pengaruh positif baginya. Selama ini, ia mengaku diterpa masalah eksistensi diri dan percintaan selayaknya remaja. Tetapi dengan mengikuti sanlat, pria yang duduk pada semester 1 di Universitas Siliwangi itu memperoleh pencerahan. "Ya, biasalah anak muda masalahnya suka galau, suka malas, belum ada tujuan. Lewat sanlat ini dapat masukan supaya ada perbaikan hidup," tuturnya.
Peserta lainnya, Ali Fauzi berharap kegiatan tersebut kembali dilakukan tahun depan. Tujuannya guna lebih banyak menjaring peserta. Sebab selama ini, para peserta mengetahui kegiatan dari mulut ke mulut. "Semoga tahun depan ada lagi biar makin banyak yang ikut. Dan harus disebarkan informasinya biar pesertanya banyak," kata dia.