REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung mencatat bahwa panen biji kopi tahun 2018 ini turun hingga 50 persen per hektarenya dibandingkan tahun lalu.
"Akibatnya ekspor kopi kita juga dipastikan turun pada tahun ini. Tahun lalu ekspor biji kopi mencapai 300 ribu ton dan 2018 ekspornya diperkirakan turun hingga 50 persen juga," kata Ketua AEKI Lampung Juprius di Bandarlampung, Selasa (29/5).
Ia mengatakan bahwa penurunan produksi komoditas andalan Lampung itu salah satunya dipengaruhi faktor cuaca ekstrem yang terjadi pada tahun lalu berupa curah hujan cukup tinggi, sehingga bakal buah tanaman kopi banyak yang rontok.
Akibatnya, lanjut dia, produktivitas tanaman kopi turun dari sebelumnya satu ton per hektare menjadi 500 kg. Bahkan ada wilayah di Lampung, hasil panen kopinya hanya 250 kg/ha.
Juprius mengatakan penurunan hasil panen kopi tahun ini juga tidak dibarengi oleh kenaikan harga biji kopi yang masih bertahan Rp25 ribu per kg di tingkat petani. Sunyoto petani kopi lainnya mengatakan bahwa biji kopi tanaman petani di Lampung Barat saat ini siap panen.
Ia menjelaskan rata-rata panen kopi tahun lalu, di Lampung Barat sekitar 1,5 ton lebih dan diperkirakan tahun ini berkurang sekitar 40 persen.
Terkait harga biji kopi di tingkat petani, ia menyebutkan sekitar Rp 24 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram, sedangkan di tingkat basis mencapai Rp26.500 per kg.
Lampung merupakan pemasok kopi robusta terbesar di Tanah Air dengan produksi rata-rata 100 ribu sampai 120 ribu ton per tahun dengan luas areal kopi mencapai 163.837 hektare.