REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sebagian umat Islam banyak yang menghabiskan waktunya di masjid untuk melakukan iktikaf. Mereka melakukan iktikaf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon ampunan-Nya.
Di samping itu, umat Islam juga berharap mendapatkan manfaat malam Lailatul Qadar saat melakukan iktikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Diriwayatkan, orang yang mendapatkan Lailatul Qadar sama dengan mendapatkan pahala ibadah selama seribu bulan.
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Ustaz Tengku Zulkarnain menerangkan ciri-ciri datangnya malam Lailatul Qadar. Menurut dia, ciri-ciri datang Lailatul Qadar yang pertama, turun pada malam-malam ganjil dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Infografis Lailatul Qadar
Ia menjelaskan, ciri kedua, pada awal malam Lailatul Qadar pada waktu antara maghrib dan isya, turun hujan. Namun, hanya rintik-rintik hujan seperti gerimis. "(Ciri) yang ketiga, malam itu terasa syahdu, beribadah terasa khusyuk dan lezat," kata Ustaz Zulkarnain kepada Republika, Senin (4/6).
Ia mengatakan, ciri datangnya Lailatul Qadar yang keempat, setelah malam Lailatul Qadar, keesokan harinya matahari terasa tidak begitu menyengat. Artinya, cuacanya teduh. Bagi orang yang mendapatkan Lailatul Qadar, kehidupannya akan berubah.
Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar mendapat pahala yang setara dengan ibadah selama 83 tahun atau selama seribu bulan. "Orang yang dapat pahala ibadah 83 tahun, itu akan otomatis membekas dalam jiwa dan raganya sehingga dia berubah," ujarnya.