REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Saat senja tiba dan waktu berbuka puasa semakin dekat, lampu mulai berkelap-kelip. Daun jendela sekelompok karavan terlihat dinaikkan. Karavan ini berkelompok di sepetak tanah berdebu di pinggir kota Khalifa, Uni Emirat Arab.
Tempat ini dikenal sebagai Taman Truk Kota Khalifa. Sebuah pertemuan informal truk makanan telah membawa lingkungan ini menjadi tempat untuk bersantai bersama teman-teman atau bagi keluarga yang tinggal di dekat Al Raha Gardens.
Dilansir dari thenational.ae, hal pertama yang biasanya tercium oleh pengunjung adalah karak mengepul dari truk berwarna kuning hitam dengan dua finjan (cangkir kecil tanpa gagang yang berisi kopi Arab) dilukis di bagian luar truk. Al Mobaraz Café adalah truk terbaru di blok itu, mereka bergabung dua bulan lalu. Dihiasi dengan mangkuk mosaik antik yang menggantung dari jendela pemesanan, truk ini adalah satu-satunya yang menyajikan makanan ringan tradisional Emirat.
Pada akhir 2014, satu truk mendirikan toko di luar Raha International School. Sejak saat itu taman ini telah berkembang menjadi salah satu tujuan paling populer di Kota Khalifa, dengan menawarkan hidangan dari seluruh dunia. Truk makanan pertama itu adalah 21 Emirati Café. Truk oranye, yang menyerupai rumah kecil itu terkenal dengan menu burgernya yang sehat. Hidangan andalannya adalah burger unta yang disajikan hanya dengan sayuran organik dan kentang goreng.
“Kami menjelajahi berbagai area sebelum kami menyadari bahwa Kota Khalifa adalah yang paling membutuhkan gerai makanan. Lokasi truk di jalan menuju bandara dan keberadaannya di jalan internal utama mengkatalisis kesuksesannya,” kata managing director, Khalid Al Hajeri.
Namun, kurangnya toilet dan ruang makan yang sederhana membatasi pengalaman bersantap para pelanggan. Al-Hjeri berharap pemerintah dapat bekerja untuk memperbaiki area di sekitar taman truk makanan agar lebih ramah.
Periode puncak untuk penjualan dimulai pada bulan Januari ditandai dengan peningkatan cuaca di UEA. Ramadhan memperlambat bisnis ini karena lebih banyak orang yang senang berkumpul di rumah. “Di Ramadhan, kami tidak memiliki banyak pelanggan seperti sebelumnya,” kata Angelica Sarmiento, pembuat sandwich 21 Emirati Café.
MOW, truk makanan hitam yang telah bergabung selama enam bulan terakhir, menghidangkan campuran masakan Amerika dan Italia. Taman ini lebih tenang selama berbuka puasa ketika orang-orang beristirahat di rumah, berkumpul di rumah atau di tenda-tenda Ramadhan. "Sebelum Ramadhan kami biasa mendapatkan di atas Dh1.500 per hari. Sekarang jika kami beruntung kami hanya mendapatkan Dh600," kata chef Joel Carrillo.
Deretan bola lampu vintage berkelap-kelip di sekitar jendela pemesanan truk Healthy Way. Sebuah truk yang melayani berbagai alternatif makanan sehat. Meskipun shift saat Ramadhan berakhir pada jam dua pagi, koki mengatakan mereka lebih suka bekerja di truk makanan daripada di restoran. Suasana santai karavan adalah hal yang memikat Franklin Mbema, supervisor Caffeino, untuk bekerja di truk.
“Saya meninggalkan pekerjaan di sebuah restoran bintang empat untuk berada di sini, karena di sini jauh lebih sedikit stres, meskipun waktu kerja tidak dapat diprediksi. Kami dapat diminta untuk memindahkan truk kapan saja untuk menghadiri acara, ” katanya Franklin.
Selama Ramadhan, taman ini lebih sibuk saat tengah malam daripada tengah hari. Pelanggan yang ingin menikmati kopi mulai mengunjungi taman pada pukul 20.00, dan kerumunan pelanggan tersebut semakin ramai hingga pukul 1 dini hari.
Christopher Dysart, dari Skotlandia, bersama putrinya, Shae biasanya mengunjungi truk makanan untuk membeli makanan yang siap saji. “Ketika dimulai, hanya ada satu atau dua truk dari bundaran, tetapi sekarang sudah banyak berubah. Mungkin ada 20 truk makanan dan saya bisa melihatnya tumbuh lebih banyak lagi, ”katanya.
Pukul 20.00, dua wanita berjalan dengan cepat ke arah truk Caffeino, menikmati sejuknya malam setelah mereka berlari. "Kami datang ke sini setiap malam selama Ramadan setelah kami berolahraga untuk menikmati secangkir es kopi," kata Susan Sell.