REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah makanan Indonesia, seperti rendang dan mi goreng menjadi hidangan populer dalam acara berbuka puasa bersama di Tenda Ramadan London yang diselenggarakan Ramadan Tent Project, akhir pekan lalu.
Salah satu warga Indonesia yang menyediakan makanan untuk tamu, Nurmila, mengatakan Ramadan Tent Project (RTP) adalah organisasi swadaya masyarakat yang bergerak di bidang sosial. Pada acara berbuka puasa bersama tersebut juga dihidangkan sambal goreng kentang, telur dadar gulung, telur bumbu rujak, dan ayam bumbu rendang. Semua menu tersebut menjadi makanan populer dalam kegiatan tersebut.
Untuk kedua kalinya selama Ramadhan tahun ini, menu makanan Indonesia disediakan bagi tamu acara berbuka puasa bersama di Tenda Ramadan London. Makanan itu disumbangkan oleh beberapa keluarga Indonesia di London dan organisasi amal Human Aid Initiative (HAI), organisasi amal yang bergerak di bidang bantuan dan pemberdayaan masyarakat baik di Indonesia maupun di beberapa negara lain.
"Kami tentu senang para tamu puas dengan makanan Indonesia," ujar Nurmila, Senin (11/6).
"Kami menyediakan biryani, makanan Turki, Nigeria, dan malam ini makanan Indonesia," kata pendiri RTP, Omar Salha, saat memberikan sambutan kepada sekitar 250 tamu yang memenuhi tenda putih di dekat kampus School of Oriental and African Studies (SOAS) di Malet Street Gardens, London.
Salah seorang yang ikut berbuka puasa di Tenda Ramadan, Ashar, warga Cambridge, mengatakan tidak menyangka mendapat hidangan rendang dan mi goreng. "Ini kejutan yang menyenangkan. Tadinya saya mengira menu berbuka puasa yang disediakan nasi kambing. Rendangnya terasa otentik," kata Ashar yang datang bersama sang istri.
RTP menyelenggarakan acara berbuka puasa bersama sejak 2013. Ide Tenda Ramadan datang karena di London ketika itu tidak ada tempat yang dipakai warga Muslim untuk bersama-sama berbuka puasa. Acara ini sangat populer yang membuat RTP menggelar acara yang sama di beberapa kota di Inggris seperti Bradford, Birmingham, Manchester dan kota-kota di negara lain seperti di Portland (Amerika Serikat) dan Istanbul (Turki). Yang membedakan, acara di London digelar sebulan penuh, sementara acara di kota-kota lain hanya digelar beberapa kali dalam sebulan.
Berbuka puasa di Tenda Ramadan terbuka bagi semua kalangan baik Muslim maupun non-Muslim. Bahkan tak jarang dalam satu malam persentase tamu non-Muslim bisa mencapai sekitar 30 persen. Mereka duduk lesehan mulai sekitar satu jam sebelum maghrib hingga satu setengah jam sesudah berbuka puasa. Pengaturan lesehan memungkinkan tamu berbincang akrab sepanjang acara.
Dari pengalaman sejauh ini, tamu non-Muslim banyak bertanya soal apa itu Islam dan mengapa Muslim berpuasa. Soal puasa, yang paling ditanyatakan adalah apakah selama puasa boleh minum dan bagaimana bisa tahan tidak makan dan tidak minum selama 18 hingga 19 jam.
Acara berbuka puasa ini dipuji banyak kalangan karena dinilai tidak hanya sebagai perekat komunitas di London yang sangat beragam tapi juga sebagai medium dakwah Islam. Omar mengatakan hingga saat ini, Tenda Ramadan telah melayani hampir 9.000 tamu dan menyediakan 60 ribu kotak kardus berisi makanan.