Senin 09 Jul 2018 18:24 WIB

Harga Daging Ayam akan Mahal Sampai Akhir Juli

Harga bibit ayam naik dibarengi harga pakan yang terpengaruh kenaikan dolar.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Indira Rezkisari
Pedagang daging ayam potong menjajakan dagangannya di Pasar Kranggan, DI Yogyakarta, Rabu (13/6).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Pedagang daging ayam potong menjajakan dagangannya di Pasar Kranggan, DI Yogyakarta, Rabu (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga daging ayam diprediksi akan tinggi hingga akhir bulan Juli ini. Penyebabnya, produksi ayam yang terganggu oleh biaya produksi yang semakin tinggi.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko menjelaskan bahwa semua biaya produksi ayam meningkat berakibat pada harga di pasaran. "Harga DOC (//day old chicken//) atau bibit ayam dan pakan naik. Kualitasnya juga tidak baik sehingga pertumbuhannya terganggu," ungkap Singgih kepada Republika.co.id, Senin (9/7).

Saat ini harga bibit ayam berada lebih dari Rp 6.000 per ekor. Padahal, pada awal tahun harga bibit ayam sekitar Rp 5.000 ke ekor. Kualitas bibit ayam juga menurun karena adanya larangan penggunaan antibiotic growth promoter (AGP). Harga pakan mengalami kenaikan karena kurs dolar AS, yakni sekitar Rp 7.000 hingga Rp 7.500 per kilogram.

Selain itu, tenaga kerja yang mudik Lebaran juga menyebabkan kurangnya hari produksi. Hal-hal tersebut yang kemudian menyebabkan penurunan produksi ayam dan berakibat pada kenaikan harga daging ayam. "Daging ayam akan tinggi sampai akhir bulan," ujar Singgih.

Data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyebutkan, harga daging ayam sudah mencapai lebih dari Rp 40 ribu dan telur ayam Rp 28 ribu per kilogram. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata harga daging ayam yakni sebesar Rp 38.150 per kilogram. Dengan harga tertinggi di wilayah Nusa Tenggara Timur Rp 52.650 per kilogram, sedangkan terendah di wilayah Aceh dengan harga Rp 27.700 per kilogram. Harga di DKI Jakarta sebesar Rp 38.900 per kilogram.

Rata-rata harga telur, yakni Rp 26.800 per kilogram, dengan harga terendah Rp 20.200 per kilogram di Sumatra Utara, dan tertinggi Rp 40.250 per kilogram di Maluku Utara. Harga di DKI Jakarta sebesar Rp 28 ribu per kilogram.

Menurut Ketua Ikappi, Abdullah, kenaikan harga daging ayam ini menyebabkan konsumen beralih ke pangan lainnya. Misalnya untuk daging ayam dan telur yang mengalami kenaikan harga, konsumen akan beralih membeli daging ikan yang lebih murah. Atau, daging sapi dan kambing yang  harganya rendah.

Selain itu, menurut Ikappi, para konsumen juga banyak beralih membeli tempe dan tahu yang harganya masih stabil. "Pembeli daging ayam dan telur berkurang, tempe dan tahu pembelinya jadi naik. Hingga 65 persen kenaikan konsumen yang beli dibandingkan hari biasa," ungkap Abdullah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement