REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas Islam Bandung (Unisba) meningkatkan kualitas pendidikan dengan menjalin kolaborasi universitas lain. Kolaborasi itu dikembangkan di antaranya dalam bentuk pertukaran pelajar.
Dalam hal ini, Fakultas Ekonomi (FE) Unisba menjalin kerja sama dengan Business School Universiti Kuala Lumpur (UniKL). Kerja sama dengan universitas luar negeri ini pertama kalinya dilakukan Unisba yang berdiri sejak tahun 1958.
Menurut Rektor Unisba, Taufik Boesoerie, kerja sama ini bertujuan membentuk suatu jejaring yang kuat di antara negara-negara Muslim. Jejaring ini, katanya, perlu untuk membenahi pendidikan di antara umat Islam yang mulai terkikis.
Kerja sama ini juga, jelasnya, diharapkan menjadi poros Bandung-Kuala Lumpur dan sebagai embrio bersatunya umat Islam di Asia Tenggara. Konsep ini, ungkapnya, tak boleh terlukai sikap-sikap yang tidak konsisten di antara kedua belah pihak.
"Dengan kerja sama ini, salah satu cara mewujudkan pendidikan antara kedua negara," jelasnya.
Kerja sama kedua universitas diawali dengan program pertukaran mahasiswa. Sekitar delapan mahasiswa UniKL belajar selama seminggu di Unisba.
Mahasiswa Business School UniKL tak hanya mempelajari budaya, tetapi juga lebih mengenal sistenm pendidikan di Indonesia. Tujuan lainnya, kata Zemi, diharapkan mahasiswa mengetahui sistem perbankan syariah dan pengajaran kewirausahaan di Unisba.
Deputy President Academic and Technology, Peof.Dr. Datok Azemi mengatakan, ke delapan mahasiswanya agar dapat melihat future generation dan lebih memahami kegiatan entrepreneurship di Indonesia.
UniKL, kata Azemi, fokus membangun jiwa kewirausahaan para mahasiswa dengan memberikan modal usaha. Selain itu, kurikulum mengenai wirausaha diterapkan di setiap jurusan.
Salah satu mahasiswa dari UniKL, Shahrul bin Sabri mengungkapkan, dirinya tertarik dengan pengajaran dan pembelajaran yang tak sama seperti di Malaysia. "Indonesia negara Islam terbesar di dunia, menarik dikaji bagaimana pesatnya perkembangan perbankan Islam di sini," ungkapnya.
Adapun mengenai program kewirausahaan, juga menjadi minat tersendiri baginya. UniKL, selama ini memberi modal awal sebesar 5 ribu ringgit atau senilai Rp 15 juta bagi mahasiswa yang ingin berwirausaha. "Bagaimana penerapan kewirausahaan di Indonesia juga jadi kajian menarik," jelasnya.
Sementara menurut Dekan Fakultas Ekonomi Unisba, Dr. Dikdik Tandika mengungkapkan, Unisba baru menerapkan kurikulum kewirausahaan dan belum mampu memberikan modal usaha berupa grant.
Dikdik mencontohkan, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta yang mampu menggandeng perbankan untuk memberi modal kepada para mahasiswa. Unisba, jelasnya, sedang menuju ke tahap tersebut.
Selain pertukaran pelajar, Unisba dan UniKL juga akan menyelenggarakan program dual degree. Program ini merupakan program agar para lulusan memeroleh kesetaraan internasional dan juga supaya Unisba lebih dapat dikenali lagi di dunia internasional.
Dengan adanya program ini, diharap lulusan dari Fakultas Ekonomi juga banyak terserap di dunia kerja karena mempunyai dua keahlian. Untuk sementara, program ini digelar untuk mahasiswa sarjana. Dual degree ini akan berdurasi selama tiga tahun, tiga tahun pendidikan di UniKL dan satu tahun sisanya di UniKL.
Mahasiswa yang berminat mengikuti program ini disyaratkan untuk memenuhi kualifikasi TOEFL 475 dan IPK di Unisba minmal 3,00. Program dual degree ini akan diselenggarakan pada Agustus mendatang. Dikdik berharap, dengan program ini lulusan Unisba mampu bersaing dengan lulusan universitas lain.