REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA—Krisis identitas telah memicu berbagai tindakan negatif generasi muda, salah satunya adalah budaya kekerasan. Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menggambarkan, dalam empat tahun terakhir saja, ada 23 kasus pembakaran fasilitas kampus oleh mahasiswa.
Kasus-kasus pembakaran fasilitas kampus, kata Gatot, dilakukan mahasiswa ketika menyalurkan aspirasi. Tak hanya fasilitas kampus, menurut Gatot, mereka juga kadang merusak fasilitas pemerintah dan obyek vital, seperti kendaraan dinas atau stasiun pengisian bahan bakar.
Selain dalam penyaluran aspirasi, Gatot menyampaikan, budaya kekerasan di kalangan kaum muda juga terjadi dalam bentuk perkelahian dan tawuran. Ia mencatat, dalam tiga tahun terakhir, setidaknya ada 41 kasus perkelahian antarkelompok mahasiswa, entah antarfakultas atau antarperguruan tinggi.
“Bahkan beberapa kali terjadi perkelahian antara mahasiswa dengan warga masyarakat,” ujar Gatot ketika memberikan kuliah umum di kampus Universitas Airlangga, Surabaya,Rabu (11/11).
Kekisruhan yang semakin marak di tengah masyarakat Indonesia, menurut Gatot, patut dicurigai sebagai perang proksi untuk melemahkan Indonesia. Perang proksi, kata Gatot, adalah perang dengan menggunakan pihak ketiga untuk melumpuhkan musuh.
“Jika mahasiswa ingin menunjukan adanya ketimpangan sosial, menyuarakan kebenaran, mengapa hal itu harus dilakukan melalui kekerasan?” ujar Gatot.