REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) mendorong dosen membuat monograf. Sudah saatnya karya penelitian para dosen di Indonesia ditulis untuk jadi buku referensi dan monograf. Dengan begitu, karya penelitian para dosen ini tidak hanya tersimpan di perpustakaan saja.
“Namun bisa menjadi pijakan serta narasumber ilmu pengetahuan yang bisa memberi kemanfaatan bagi masyarakat lebih luas,” ungkap Guru Besar Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Rifda Naufal pada workshop Penulisan Buku Referensi dan Monograf di kampus Unissula, Rabu (9/1).
Pada kesempatan ini, Guru Besar Unsoed tersebut memotivasi pada dosen yang hadir untuk berani menghasilkan karya nyata, seperti buku referensi dan monograf agar nilai kemanfaatannya semakin besar.
Karya ilmiah jangan hanya tersimpan di rak perpustakaan. “Bila perlu sudah saatnya penelitian para dosen di Indonesia ini ditulis untuk jadi buku referensi atau monograf agar bisa dijadikan sebagai pijakan ilmu pengetahuan yang bermanfaat,” kata dia.
Lebih lanjut ia menuturkan ada banyak manfaat yang bisa dihasilkan dari penulisan tersebut. Hasil tulisan tersebut bisa menghasilkan invest, bagi para penulis.
Di satu sisi, sebagai salah satu syarat untuk rekam jejak dosen terkait dengan syarat yang diperhitungkan saat mengajukan dana hibah ataupun untuk proposal penelitian. “Jadi buku referensi atau monograf ini intinya bisa jadi track record dosen,” kata dia.
Dengan begitu, lanjut Rifda, akan berdampak lebih besar jikalau buku yang diterbitkan tersebut diterima oleh masyarakat. “Misalnya menjadi rujukan bagi sekolah-sekolah,” tambahnya.
Rektor Unissula Prabowo Setiyawan menegaskan, kampusnya terus melakukan percepatan untuk para dosen menghasilkan buku. “Selain itu Unissula juga mendorong para dosennya untuk melakukan penelitian dan menulis prototipe, jurnal, paten dan prosiding,” katanya.