REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh meminta lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (LPTK) sebagai pencetak calon guru harus menyesuaikan pola pembelajarannya seiring kurikulum baru.
"Ya harus, LPTK harus melakukan adaptasi atau penyesuaian dengan desain kurikulum baru. Mulai tahun akademik ini," katanya usai Sosialisasi Kurikulum 2013 di Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang, Sabtu.
Ia mengakui kendala penerapan kurikulum baru itu karena banyak yang belum mengetahui perihal kurikulum baru itu sehingga pihaknya gencar melakukan sosialisasi ke berbagai kalangan, termasuk sekolah dan perguruan tinggi.
Berkaitan dengan adanya sebagian pihak yang menolak penerapan kurikulum baru, Nuh mengatakan tidak mungkin pemerintah melakukan sesuatu tanpa evaluasi, termasuk kurikulum baru mengevaluasi kurikulum sebelumnya.
Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, kata dia, pihaknya menerima banyak kritik atas banyaknya materi pelajaran yang diajarkan pada siswa. Bahkan, SMA bisa sampai 17 pelajaran.
"Pada KTSP, pola pikirnya menetapkan isi dulu baru tujuan. Hasilnya nanti kan bisa sangat beragam. Semestinya, tujuan ditentukan dulu, baru dipikirkan kebutuhannya apa saja sebagaimana pula manajemen modern," katanya.
Apalagi, kata dia, dilihat dari isi yang terkandung dalam KTSP ternyata ada materi yang belum diajarkan, misalnya statistik yang belum ada dalam pelajaran matematika SMP, sementara negara lain sudah memuatnya.
"Apa mau dipertahankan kurikulum seperti ini? Karena itu, kami sempurnakan dengan kurikulum baru, salah satunya menyederhanakan mata pelajaran, misalnya kimia, fisika, dan biologi di SMP menjadi IPA," kata Nuh.
Menanggapi hal itu, Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Unnes Agus Wahyudin menyatakan kesiapannya sebagai LPTK untuk menyesuaikan pola pembelajarannya dengan kurikulum baru yang akan diterapkan pemerintah tahun ini.
"Kami sudah menyiapkan itu, salah satunya kini Unnes sudah punya Program Studi Pendidikan IPA, dan sedang menunggu izin pembukaan Prodi Pendidikan IPS. Itu salah satu persiapan kami menghadapi kurikulum baru," katanya.
Menurut dia, konsekuensi penerapan kurikulum baru memang tak lagi membagi pelajaran IPA dan IPS pada jenjang SMP secara berlapis-lapis, seperti IPA yang dulunya terbagi dalam pelajaran biologi, fisika, dan kimia.
"Kami akan menyiapkan tim untuk mengkaji secara mendalam atas penyederhanaan mata pelajaran itu, terutama menyangkut prodi. Kami kan juga masih punya Prodi Pendidikan Biologi, Pendidikan Kimia, dan Fisika," kata Agus.