Jumat 19 Oct 2018 04:09 WIB

Ini Investasi yang Pas untuk Milenial

Saat ini, investasi tidak memerlukan modal tinggi.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Berinvestasi
Foto: Flickr
Berinvestasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berinvestasi di saham merupakan cara yang sesuai untuk generasi milenial mengalokasikan dananya. Sebab, saham dinilai mampu memenuhi kriteria yang diinginkan generasi milenial.

Deputi Bidang Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengatakan, generasi milenial tidak membutuhkan dana jangka pendek. "Ini bisa dimanfaatkan untuk investasi saham jangka panjang," katanya dalam acara talkshow Viva Talk bertema 'Investasi Jaman Now' di Ariobimo Sentral, Kamis (18/10).

Ia menjelaskan, dengan investasi saham jangka panjang, generasi milenial cukup memiliki pemahaman lebih pada awal berinvestasi dan menunggu hasil dari investasi tersebut, misalnya 10 tahun kemudian. Lain halnya dengan investasi saham jangka pendek atau trader yang perlu pemahaman setiap saat dan secara cermat memantau pergerakan saham.

Selain saham, terdapat pilihan investasi lain yang juga tak kalah menarik seperti emas dan properti. Meski sempat sangat tinggi memberi pertambahan nilai, tapi kondisi perekonomian yang tidak diprediksi kerap mempengaruhi.

"Bagaimanapun saham menawarkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi," ujarnya.

Diakui Hasan, per September 2018 pertumbuhan investor milenial dalam rentan usia 18 tahun hingga 25 tahun mencapai 108,75 persen. Angka ini cukup besar dibandingkan generasi lainnya termasuk golongan tua (usia 41 tahun ke atas). Meski tetap ada pertumbuhan tapi tidak setinggi generasi muda yakni 19,66 persen.

Menariknya, investasi yang dilakukan generasi muda bukanlah dengan nominal besar yakni di bawah Rp 200 ribu. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena, ia melanjutkan, investasi saham bisa dimulai dengan Rp 100 ribu. 

"Memulai sekarang, mulai saja dari yang kecil," tegasnya. Namun, ia menekankan perlunya menjadi investor yang bijak. Tidak berinvestasi tanpa pengetahuan.

Tingginya pertumbuhan investasi generasi milenial ini diakui Hasan karena adanya komunitas yang mampu menarik minat generasi milenial. Seperti diketahui, usia milenial mudah bosan dengan edukasi satu arah, lain halnya dengan diskusi dalam komunitas.

Investasi pada pasar modal bursa tidak bisa langsung dilakukan, harus melalui anggota bursa. Ada 105 anggota bursa aktif yang diawasi BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia menambahkan, mereka menawarkan hal berbeda, ada yg kuat di aplikasinya, ada yang mempunyai riset dan data sangat kuat dan lainnya.

"Jadi langkah pertama pilih anggota bursanya, kedua adalah buka rekeningnya, setelah itu ada mulailah investasi," kata dia.

Deputi Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Sardjito menyambut baik pemanfaatan edukasi investasi pasar modal melalui komunitas. Sebab, dengan komunitas jauh lebih efektif karena bersifat merangkul. 

Apalagi, sebagai negara kepulauan ada tantangan tersendiri untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Pada 2016, literasi keuangan sebesar 29 persen dengan inklusinya 68 persen. 

Diakui Sardjito, rata-rata di dunia angka literasi memang lebih rendah dari inklusinya. Namun seharusnya tidak terlalu jauh.

"Kalau perlu malah inklusinya lebih rendah daripada literasinya, tapi sudah tinggi. Misalnya ekstremnya, literasi sudah 100 persen tapi inklusinya baru 50-75 persen. Jadi orang paham dulu," katanya.

Baca juga, Rentan Miskin, Generasi Milenial Perlu Investasi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement