REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara masih akan membentuk Klaster Bawang Merah di provinsi itu untuk mempercepat swasembada komoditas. Selain itu, klaster-klaster bawang merah diharapkan dapat mengendalikan inflasi di daerah itu.
Deputi Direktur Perwakilan Bank Indonesia Sumut, Demina R Sitepu, di Medan, Sabtu (20/10) mengatakan, setelah di Dairi dan Karo yang sudah dihilangkan secara bertahap, Klaster Bawang Merah rencananya akan dibuka di Kabupaten Toba Samosir. Klaster Bawang Merah di Sumut dinilai BI masih penting karena bawang menjadi salah satu kebutuhan besar di Sumut, namun produksinya masih belum bisa memenuhi kebutuhan.
"Klaster Bawang Merah itu semakin dinilai penting, karena komoditas itu kerap menjadi salah satu penyumbang inflasi Sumut," ujarnya.
Demina mengakui, Sumut sebenarnya sudah memiliki kawasan sentra pengembangan bawang merah seperti di Simalungun, Toba Samosir, Samosir, dan Tapanuli Utara. Termasuk, Dairi dan Karo yang juga semakin berkembang setelah BI membuka klaster komoditas tersebut. Namun, rata-rata produktivitasnya masih rendah yakni mencapai delapan ton per hektare atau jauh di bawah rata rata produksi dI Pulau Jawa.
Di Karo, program pengembangan Klaster Bawang Merah yang dilakukan BI secara bertahap dan multiyears (2014-2017) berhasil membuat Kelompok Tani Tebing Latersia, Kecamatan Payung, Karo berproduksi dengan baik. Ketua Kelompok Tani Tebing Latersia, Budi Tarigan, mengatakan dengan dibina melalui pembentukan klaster, petani banyak mendapat ilmu pertanian bawang. Mulai dari pengelolaan areal, produksi bibit berkualitas hingga panen dan pascapanen.
Produksi bawang di Kelompok Tani Tebing Latersia misalnya sudah mencapai 15 hingga 24 ton per hektare dari sebelumnya jauh di bawah angka itu atau di bawah delapan ton.