Senin 22 Oct 2018 19:19 WIB

Pembunuhan Khashoggi Ancam Ekonomi Arab Saudi

Kasus Khashoggi diprediksi tidak akan menemui titik akhir dan menguap begitu saja.

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Wartawan Jamal Khashoggi.
Foto: AP
Wartawan Jamal Khashoggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Politik Timur Tengah dari Universitas Bina Nusantara Tia Mariatul Khibtah tidak yakin kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi akan menemui titik akhir. Namun, di sisi lain, menurutnya, kasus pembunuhan itu akan berdampak pada perekonomian Arab Saudi jika mereka tidak menyelesaikannya sampai tuntas.

"Kayaknya sih akan menguap karena jangankan kasus Khashoggi, lihat yang di Yaman yang terbunuh berapa orang karena Arab Saudi melempar bom-bom ke rakyat sipil Yaman, di Suriah apa yang terjadi, emang ada hukumannya, menguap begitu saja," kata Tia, Senin (22/10).

Berdasarkan beberapa kasus pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Arab Saudi sebelumnya, Tia berkesimpulan, kasus Khashoggi juga akan menguap begitu saja. Arab Saudi tidak pernah diseret ke pengadilan internasional dan didakwa bersalah dalam kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang mereka lakukan sebelumnya.

Tia mengatakan, Arab Saudi akan terus membantah merencanakan pembunuhan tersebut. Menurutnya, Arab Saudi akan terus mempertahankan argumennya Khashoggi tidak sengaja dibunuh saat diinterogasi. Tapi, berdasarkan data-data dari pemerintah Turki, jelas Khashoggi sudah lama diincar.

Tia menambahkan, jika Arab Saudi tidak mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan kasus Khashoggi tersebut, perekonomian mereka akan mengalami krisis. Sebelum kasus itu terungkap, harga minyak sudah merosot dan menunjukkan neraca perdagangan Arab Saudi yang terus turun.

"Beberapa investasi, yang merupakan diverifikasi ekonomi Saudi, akan semakin terpuruk. Tadinya Saudi memiliki harapan, harga minyak turun, tapi mereka melakukan diverifikasi di bidang investasi, misalnya seperti Indonesia, menarik investor asing untuk masuk, tapi dengan kondisi seperti ini siapa yang mau investasi," kata Tia.

Tia mengatakan, jika Arab Saudi ingin bertahan, mereka harus menyelesaikan kasus itu sampai tuntas. Namun, berdasarkan sejarah, mereka tidak pernah mengaku bersalah. Hal itu yang akan berdampak buruk bagi perekonomian Arab Saudi ke depannya. Karena ketika mereka tidak lagi mengandalkan minyak sebagai sumber penghasilan negara, Arab Saudi harus menarik investor masuk.

Menurut Tia, negara-negara terkait dalam kasus ini, seperti Amerika Serikat, negara tempat Khashoggi mengasingkan diri, dan Turki, tempat jurnalis senior tersebut dibunuh, harus berusaha mendorong Arab menyelesaikan kasus ini.

"Sekarang berani tidak Amerika dan Turki mendorong Arab Saudi," ujar Tia.

Jamal Khashoggi diketahui dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Ada berbagai versi pembunuhan terhadap Khashoggi. Namun, Arab Saudi membantah sengaja membunuh Khashoggi.

Baca: Kasus Khashoggi Berbagai Versi, Inggris Minta Klarifikasi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement