REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pelatih Brasil Adenor Leonardo Bacchi alias Tite menilai air mata Neymar pada akhir pertandingan 2-0 atas Kosta Rika semestinya tidak dilihat sebagai kelemahan emosional. Ia bahkan mengaku pernah juga menangis setelah menjalani pertandingan.
Neymar menangis setelah Brasil mencetak dua gol pada fase akhir pertandingan untuk mengalahkan tim Amerika Tengah itu. Reaksi itu malah dinilai sebagian media Brasil sebagai tanda kemungkinan rapuhnya tim Negeri Samba.
"Kami tidak berpikir bahwa momen emosi itu merupakan tanda ketidak seimbangan emosional," kata Tite kepada para pewarta Selasa (26/6) menjelang pertandingan Grup E melawan Serbia, di mana Brasil memerlukan hasil imbang untuk melaju ke 16 besar.
"Saya memahami bahwa terdapat keseimbangan antara alasan dan emosi, dan terdapat momen ketika Anda memerlukan es, ketenangan, dan kejernihan," ucapnya.
Tite kemudian ingat bahwa ia juga menangis setelah Brasil menang 3-0 di markas Ekuador pada kualifikasi Piala Dunia, pada pertandingan pertamanya melatih timnas dua tahun silam.
"Saya ingin berkata kepada seantero negara Brasil bahwa... Saya menangis," tuturnya.
"Ketika saya menghubungi istri saya, saya menangis dengan kegembiraan, dengan kepuasan, karena karakteristik saya adalah emosional. Saya menangis dengan perasaan bangga, sebab kami berada di bawah tekanan untuk memainkan pertandingan bagus."
Tite menambahi bahwa Brasil menolak untuk membiarkan depresi memasuki diri, ketika mereka menekan untuk mencari gol saat melawan Kosta Rika. Itu, kata dia, tanda kekuatan mental.
"Apa yang memelihara rencana permainan Anda? Itu adalah ketika Anda mencetak gol pada menit ke-91 dengan memainkan gaya yang dimainkan tim sejak awal permainan. Saya sangat gembira dengan cara kami bereaksi secara emosional pada babak kedua," tuturnya.
Berharap dapat memimpin Brasil untuk meraih gelar dunia keenamnya, Tite berkata bahwa Neymar, yang sempat absen tiga bulan karena cedera sebelum Piala Dunia, memerlukan satu pertandingan lagi untuk dapat bugar sepenuhnya.
"Kami tidak membebankan tanggung jawab besar pada bahu Neymar untuk sukses atau kegagalan," tuturnya. "Itu adalah (tanggung jawab) keseluruhan tim untuk menang atau kalah."