REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Para pemain Belanda semakin antusias melakukan persiapan ketika mengetahui hasil undian Piala Dunia 2014 menempatkan mereka di Grup B bersama Spanyol, Cile, dan Australia.
Ini seolah menjadi jalan bagi skuat De Oranje untuk membalaskan dendam kepada Spanyol yang telah mengubur mimpi untuk menjadi juara dunia.
Kekalahan dramatis 0-1 di partai final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan masih membekas di benak Robin Van Persie dan kawan-kawan. Misi mengakhiri penantian panjang gagal pada babak perpanjangan waktu oleh sepakan kaki kanan gelandang Andreas Iniesta.
Kegagalan tersebut sangat menyakitkan. Bagaimana tidak, sudah tiga kali Belanda melaju ke final Piala Dunia, tapi selalu tak happy ending. Sebelumnya, Belanda juga gagal memenangi partai final Piala Dunia 1974 dan 1978. Catatan tersebut yang membuat Belanda mendapat sebutan sebagai "Raja Tanpa Mahkota".
Gelandang Belanda, Jonathan De Guzmann, mengakui rekan-rekannya masih sering membahas memori final Piala Dunia 2010. Meski saat itu Guzmann tak masuk dalam skuat, ia merasakan betul betapa hancurnya hati para pemain dan seluruh masyarakat Belanda.
Kini, De Guzmann yang masuk dalam skuat final, menegaskan Belanda tak akan menyiakan jalan yang telah diberikan untuk melakukan pembalasan dendam. Apalagi, Belanda bakal bersua Spanyol pada partai pembuka Grup B di Arena Fonte Nova, Salvador, 13 Juni.
"Ada tekad untuk membalas dendam. Memenangkan laga perdana kontra Spanyol akan berarti besar. Tak hanya bagi kami, tapi juga untuk seluruh tim di Piala Dunia," kata De Guzman dilansir Daily Mirror.
Dia meyakini jalan Belanda akan mulus bila bisa mengalahkan Spanyol di laga perdana. Setidaknya, tugas terberat sudah dilalui dan tinggal menyempurnakan pekerjaan di fase grup dengan menghadapi Australia dan Chile.
Formasi Baru
Ada perubahan drastis yang dilakukan pelatih Louis van Gaal untuk membawa anak-anak asuhnya menjadi juara dunia. Pria yang baru ditunjuk sebagai pelatih Manchester United itu mengubah gaya bermain De Oranje dengan menerapkan formasi 5-3-2. Padahal biasanya Van Gaal memakai 4-3-3 atau 4-2-3-1.
Dengan formasi ini, Van Gaal merasa lebih nyaman karena ada keseimbangan antara menyerang dan bertahan. Memasang tiga bek dan dua bek sayap, lini pertahanan De Oranje diharapkan lebih solid.
Dari segi serangan dan agresivitas tim, Van Gaal menegaskan tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Di saat menyerang, formasi bisa berubah menjadi 3-5-2. Van Gaal menugaskan dua bek sayap Daley Blind dan Daryl Janmaat untuk menyokong lini depan.
Formasi baru itu terbukti cukup ampuh ketika dijajal saat beruji coba melawan Ghana di Stadion De Kuip pada Ahad (1/6) dinihari WIB. Belanda sukses menciptakan cukup banyak peluang emas. Namun karena kurang tajamnya penyelesaian akhir, Belanda harus puas dengan kemenangan tipis 1-0 yang diraih berkat gol cepat Robin van Persie.
"Formasi 5-3-2 mungkin dianggap tidak akan seatraktif 3-4-3. Tapi, ketika kami berhasil menciptakan enam peluang, apakah kami tidak cocok menggunakannya? Kami pun seharusnya bisa menang 3-0 pada babak pertama," kata Van Gaal merujuk pada pertandingan kontra Ghana.
Keputusan Van Gaal mengubah formasi mendapat dukungan penuh para pemain. Winger Arjen Robben merasa formasi 5-3-2 bisa membuat Belanda lebih kuat. "Sistem baru tersebut membuat kami lebih stabil. Saya rasa kami sudah berada di jalan yang benar," ucap Robben dilansir Goal.
Secara pribadi, Robben mengaku sudah terbiasa dengan formasi tersebut. Karena, formasi itu juga sering dipakai Bayern Muenchen, musim 2013/2014. "Musim ini, saya sering bermain sebagai second striker dengan formasi yang sama bersama Bayern Muenchen," ujar dia.