Senin , 09 Jun 2014, 17:20 WIB

Louis van Gaal, Kesempatan Menebus Dosa

Rep: Satria Kartika Yudha / Red: Didi Purwadi
Louis van Gaal
Foto AP/Peter Dejong

Louis van Gaal

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Louis van Gaal tidak berpikir dua kali ketika kembali ditunjuk melatih timnas Belanda pada Juli 2012. Van Gaal langsung menerima tawaran dari Federasi Sepak Bola Belanda demi menebus dosanya pada 2002.

12 tahun lalu, Van Gaal menghadirkan kekecewaan besar bagi publik sepak bola Belanda. Berstatus sebagai pelatih sukses yang membawa Barcelona juara La Liga dua musim beruntun pada musim 1997/1998 dan 1998/1999, Van Gaal hancur lebur bersama Belanda.

Ia gagal membawa skuat De Oranje lolos kualifikasi Piala Dunia 2002. Belanda finis di peringkat tiga Grup 2 setelah mengoleksi 20 poin hasil enam kemenangan, dua kali imbang, dan dua kali kalah.

Kegagalan itu bisa dibilang sebagai dosa terbesar Van Gaal selama karier kepelatihannya. Bagaimana tidak, itu adalah pertama kali Belanda gagal lolos kualifikasi dalam 16 tahun terakhir. Van Gaal pun akhirnya mundur pada 31 Januari 2002.

Kini, Van Gaal memiliki kesempatan kedua sekaligus terakhirnya untuk menorehkan tinta emas bersama Belanda. Maklum, setelah Piala Dunia 2014, juru taktik berusia 62 tahun itu bakal pensiun dari timnas demi memimpin Manchester United.

"Saya sudah meraih banyak gelar di level klub. Tapi, itu belum lengkap karena belum bisa memberikan trofi bersama tim nasional," kata Van Gaal.

Van Gaal tidak sekadar berucap. Di level klub, prestasi dia begitu menumpuk. Semua klub yang pernah ditanganinya yakni Ajax Amsterdam, Barcelona, AZ Alkmaar, dan Bayern Muenchen, selalu dibawanya menjadi juara liga.

Di kesempatan keduanya ini, Van Gaal memunculkan harapan besar. Belanda tampil meyakinkan pada fase kualifikasi dengan menjadi juara Grup D dengan rekor tak terkalahkan. Belanda memetik sembilan kemenangan dan satu kali imbang.

Di Brasil, Van Gaal menerapkan strategi baru dengan memakai formasi 5-3-2. Meski menuai pro-kontra, ia tetap yakin dengan pilihannya itu. Formasi tersebut dianggap sudah usang dan dikhawatirkan bakal menghilangkan ciri khas permainan Belanda yang mengusung Total Football.

"Saya ada di sini untuk memenangkan pertandingan. Dan saya tahu apa yang terbaik untuk tim ini," ucap Van Gaal menjawab kritik atas perubahan formasi yang diterapkannya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
timnas belanda louis van gaal arjen robben robin van persie piala dunia 2014 piala dunia
Berita Terkait
Berita Terpopuler
Berita Lainnya