REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Setelah memulai kampanye kualifikasi dengan memenangkan 12 poin dari 18 yang diperebutkan, termasuk kemenangan tandang di Bolivia dan Venezuela, Cile menelan tiga kekalahan berturut-turut di akhir kepemimpinan pelatih Claudio Borghi.
Rekan senegara Borghi dari Argentina, Jorge Sampaoli, kemudian menggantikannya meskipun penampilannya kemudian memburuk ketika tampil melawan Peru. Cile kemudian bangkit kembali dengan lima kemenangan dan sekali imbang dalam enam pertandingan berikutnya yang mengantar mereka ke putaran final Piala Dunia 2014.
Di bawah asuhan Sampaoli, Cile berkembang menjadi tim yang sangat attack-minded. Mereka produktif dengan 29 gol selama kualifikasi, tapi juga sering kebobolan (25 kali) --terbanyak di antara tim-tim yang lolos otomatis dari benua lain. Cile hanya sekali imbang dalam 16 pertandingan kualifikasi.
Dengan delapan kali penampilannya di Piala Dunia, Cile setingkat dengan Paraguay di posisi keempat dalam daftar negara Amerika Selatan paling banyak tampil di turnamen ini. Kinerja terbaik mereka sampai saat ini adalah merebut tempat ketiga saat menjadi tuan rumah pada 1962.
Pada lima kesempatan lain, mereka gagal lolos dari fase grup. Di Prancis 1998 dan Afrika Selatan 2010, mereka mencapai babak 16 besar, setelah dikalahkan Brasil pada kesempatan kedua.
Pemain depan Alexis Sanchez dan Eduardo Vargas serta gelandang serang Matias Fernandez dan Arturo Vidal adalah orang-orang utama di skuad yang dikemas dengan bakat dan alternatif layak di setiap posisi.
Tidak boleh diabaikan, pemain berpengalaman seperti Claudio Bravo, Gary Medel, dan Jorge Valdivia, serta the rising stars seperti Jean Beausejour dan Marcelo Diaz juga memperkuat tim ini.