REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Buntut keterpurukan Argentina di Copa America 2011, Federasi Sepak Bola Argentina (AFA) memutuskan mengakhiri kontrak Sergio Bastia sebagai pelatih kepala timnas Argentina. AFA akhirnya menunjuk Alejandro Sabella sebagai pengganti Bastia.
Namun, sejumlah keraguan menyertai penunjukan tersebut. Maklum, Sabella dianggap kurang berpengalaman dalam menukangi sebuah tim nasional.
Satu-satunya prestasi terbaik pelatih berusia 59 tahun itu adalah mengantarkan Estudiantes merengkuh titel Copa Libertadores pada 2009 silam. Selain itu, Sabella juga tercatat pernah menjadi asisten pelatih Daniel Passarella kala membesut Argentina di Piala Dunia 1998.
Kendati begitu, AFA tetap yakin Sabella merupakan jawaban atas serangkain keterpurukan yang dialami Albiceleste di sejumlah kompetisi resmi.
''Sabella adalah pelatih yang tepat untuk tim ini, dia adalah the Chosen One. Keputusan ini telah dibuat,'' kata Sekretaris Jenderal AFA, Jose Luis Meiszner, seperti dikutip Sky Sports pada awal penunjukan Sabella, akhir 2011 silam.
Keyakinan ini pun terjawab dengan penampilan apik di sepanjang babak kualifikasi Piala Dunia 2014. Argentina tidak terbendung dan dengan mudah menempati peringkat teratas klasemen akhir babak kualifikasi Piala Dunia 2014.
Argentina pun menjadi satu-satunya tim yang mampu mengalahkan Kolombia di laga tandang dan mengalahkan Cile di dua kali pertemuan. Selain itu, kemenangan impresif 3-0 atas Uruguay dan Ekuador juga menjadi pencapaian tersendiri Sabella di timnas Argentina.
Menimba ilmu kepelatihan di bawah pengawasan salah satu pelatih ternama asal Argetina, Carlos Billardo, Sabella begitu fleksibel dalam menerapkan skema permainan.
Dalam pola permainan yang dianutnya, Sabella kerap menurunkan pola 4-3-3 dengan trio penyerang Lionel Messi, Gonzalo Higuain, dan Sergio Aguero, yang didukung tiga pemain tengah, Angel Di Maria, Javier Mascherano, dan Fernando Gago.
Sedangkan saat harus melakoni laga sulit seperti laga tandang, maka Sabella tidak segan-segan menerapkan formasi 5-3-2.
Namun, Sabella mengakui timnya memang tidak memiliki keseimbangan terkait rataan kualitas permainan di tiap lini. Sementara di lini serang, Argentina kebanjiran pemain-pemain berkualitas, di lini belakang, Albiceleste dianggap kekurangan pemain-pemain mumpuni.
Jika menilik laga di babak kualifikasi, Sabella mempercayakan jantung pertahanan pada Ezequiel Garay dan Federico Fernandez. Kendati begitu, Sabella justru akan mengunakan kelebihan di lini serang sebagai kekuatan utama Albiceleste di Brasil 2014.
''Memang menurunkan empat pemain dengan tipe menyerang sekaligus akan mengorbankan sisi pertahanan,'' kata Sabella dalam wawancara dengan harian Ole.
''Tapi, kami adalah tim yang menyerang bukan berdasarkan penguasaan bola ataupun alur bola dari belakang ke depan, namun kami menyerang berdasarkan insting dan kreativitas pemain,'' katanya. ''Kami adalah tim yang benar-benar anarkis dalam upaya mencetak gol.''