REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Setelah menang 4-1 atas Cile dalam perjalanan awal kualifikasi Piala Dunia 2014, Argentina kemudian tersandung saat menghadapi Venezuela dan bermain imbang 1-1 di kandang Bolivia.
Hasil tersebut mencuatkan keraguan apakah pelatih Alejandro Sabella --yang mengambil alih setelah Copa America 2011-- adalah orang yang tepat untuk tugas itu.
La Albiceleste, bagaimanapun, kembali ke jalur dengan kemenangan 2-1 atas Kolombia di Barranquilla, menjadi awal dari 14 laga tak terkalahkan dalam laga sisa kualifikasi. Hasil yang menempatkan mereka di posisi teratas daftar klasemen zona Amerika Selatan.
Argentina menyarangkan 35 gol dengan hanya kebobolan 15 dalam perjalanan memenangi persaingan awal untuk ketiga kalinya.
Argentina telah bertempur empat kali dalam final Piala Dunia dari semua penampilannya. Pertama pada turnamen perdana di Uruguay tahun 1930 ketika mereka menyerah 2-4 dari tuan rumah.
Kontribusi Mario Kempes kemudian Diego Maradona mengilhami mereka meraih juara di negeri sendiri pada Piala Dunia 1978 dan Meksiko 1986.
Sementara, penampilan terbaik terakhir dicapai di Italia 1990 ketika mereka kalah karena penalti Andreas Brehme. Sejak itu mereka tak pernah mencapai perempat final.
Dengan pencapaian empat berturut-turut FIFA Ballon d'Ors (2009-2012) dan sepak terjangnya bersama Barcelona, Lionel Messi tak terbantahkan pantas memimpin tim nasional Argentina.
Di luar pencapaiannya dalam rekor gol, La Pulga sekarang ingin meraih kebesaran didukung penampilan bintang-bintang Argentina yang telah "berbicara" bersama klub-klub terkemuka di kontes Eropa.