REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO -- Kala masih aktif sebagai pemain, nama Safet Susic dianggap sebagai salah satu pemain terbaik yang dimiliki Yugoslavia pada era 1980an. Bermain sebagai gelandang serang, Susic menuai nama besar di Liga Prancis.
Bergabung bersama Paris Saint Germain pada kurun waktu 1982 hingga 1991, Susic mampu mencetak 172 gol dari 343 kali kesempatan merumput PSG. Bahkan sebuah media terkemuka Prancis, France Football, menyebut Susic merupakan pemain terbaik sepanjang masa yang pernah dimiliki PSG.
Namun, kondisi berbeda dialami Susic saat memutuskan menjadi pelatih pada 1994 silam. Mengawali karier kepelatihan di Cannes, pelatih berusia 59 tahun itu banyak menghabiskan waktu menukangi tim-tim asal Turki.
Namun hingga saat ini, Susic belum pernah mengantarkan tim yang dilatihnya menyabet gelar bergengsi. Ditunjuk menukangi Bosnia dan Herzegovina pada 2009 silam, Susic pun memiliki kesempatan untuk bisa membuktikan kualitasnya sebagai pelatih.
Bermodalkan tim yang sudah tampil bersama sejak Piala Eropa U-21 2007 silam, seperti Edin Dzeko, Vedad Ibisevic, dan Sejad Salihovic, Susic yakin timnya bisa menembus babak 16 besar Piala Dunia.
Susic pun siap memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh skuatnya, terutama kekuatan di aspek penyerangan. Ketajaman penyerang Manchester City, Edin Dzeko, dan penyerang Stuttgart, Vedad Ibisevic, cukup teruji dbabak kualifikasi.
Ketajaman duet penyerang ini bakal didukung oleh kreativitas di lini tengah Bosnia yang digalang oleh gelandang serang AS Roma, Miralem Pjanic; winger Lazio, Senad Lulic; dan gelandang Hoffenheim, Sejad Salihovic. Kekuatan inilah yang akan diandalkan oleh Susic di Brasil 2014.
''Kami harus bermain seperti yang telah kami lakukan sebelumnya, yaitu bermain menyerang. Secara taktik mungkin berisiko, tapi salah rasanya jika kami menerapkan permainan yang berbeda. Tim ini bisa meraih prestasi karena potensi besar yang mereka miliki,'' kata Susic seperti dikutip Associated Press.