REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Siap atau tidak, Piala Dunia 2014 dimulai 12 Juni mendatang. Namun tuan rumah Brasil akan menghadapi pengawasan ketat dari orang-orang yang percaya bahwa acara tahunan ini akan menjadi bencana.
Tim nasional dan penggemar sepak bola seuruh dunia akan melakukan perjalanan ke 12 kota tuan rumah untuk bepartisipasi dalam turnamen internasional ini. Diperkirakan satu miliar orang akan menyaksikan pertandingan pembukaan Piala Dunia dengan 500 ribu orang di antaranya akan berkunjung langsung ke Brasil dan menonton pertandingan secara pribadi.
Sebuah jajak pendapat baru, dilansir dari IB Times, menunjukkan bahwa 72 persen rakyat Brasil tidak puas dengan kondisi di negara mereka. Pola pikir ini diperburuk dengan keputusan pemerintah menghabiskan miliaran dolar AS untuk menjadi tuan rumah sepak bola dunia ini, bukannya mengatasi berbagai masalah nasional.
Ketidakpuasan rakyat dengan belanja pemerintah menyebabkan protes besar-besaran, sementara penundaan sejumlah infrastruktur Piala Dunia membuat banyak pengamat khawatir bahwa upaya Brasil untuk menyukseskan acara itu akan berakhir buruk.
ROLers, berikut adalah delapan alasan mengapa banyak pihak memproyeksikan Piala Dunia Brasil akan berakhir buruk.
1. Bandara tidak siap
Piala Dunia menarik kunjungan penggemar sepak bola dari seluruh dunia, namun bandara di sejumlah kota tuan rumah mungkin tidak siap menampung gelombang manusia. Demikian menurut surat kabar Folha de Brasil di Sao Paulo.
"Hanya Tuhan yang bisa memperbaiki ini dalam waktu yang sempit ini," tulis salah seorang teknisi di lokasi konstruksi bandara di Sao Paulo.
2. Kurangnya dukungan lokal
Piala Dunia dapat meningkatkan sektor pariwisata dan perhatian internasional, namun sebagian rakyat Brasil lebih suka pemerintah fokus pada isu-isu yang lebih mendesak.
Sebuah survei Pew Research baru-baru ini menemulan bahwa 6 dari 10 penduduk Brasil lebih suka pemerintah mereka menghabiskan uang untuk sektor kesehatan dan transportasi umum, ketimbang turnamen sepak bola internasional.
3. Pasokan listrik kurang
Brasil saat ini sedang mengalami musim kering yang terburuk dan memberikan tekanan berat pada pasokan listrik negara dari tenaga air.
Pada Februari lalu, pemadaman listrik di Brasil membuat enam juta rakyat Brasil hidup dalam kegelapan. Sementara, stadion sepak bola baru kemungkinan akan menggunakan generator cadangan jika terjadi pemadaman listrik.
4. Mogok pekerja kereta api
Pekerja kereta api bawah tanah di Sao Paulo akan melakukan mogok kerja pada Kamis pekan ini jika pemerintah menolak untuk menaikkan gaji mereka. Menurut laporan Wall Street Journal, mogok ini akan dilakukan secara terbuka dan terjadi satu pekan menjelang Piala Dunia FIFA 2014.
5. Kredibilitas wasit dipertanyakan
Kredibilitas Piala Dunia Brasil tahun ini terancam dengan kasus serupa yang terjadi di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.
Laporan dari New York Times menyebutkan bahwa diduga telah terjadi pengaturan skor dalam sejumlah pertandingan Piaal Dunia yang memengaruhi hasil akhir oleh bandar judi yang bemarkas di Singapura.
Ini membuat kejujuran wasit dipertanyakan. Momok skandal ini dikhawatirkan akan kembali terjadi di Brasil.
6. Protes jalanan
Brasil telah berulang kali menghadapi protes jalanan dari rakyat yang menolak keputusan pemerintah untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014. Pada Mei lalu, Movimento dos Trabalhadores Sem-Teto atau Gerakan Pekerja Tunawisma melakukan unjuk rasa dengan cara memblokir jalan-jalan sepanjang 150 mil.
7. Kekhawatiran stadion baru
Upaya Brasil membangun sejumlah stadion baru menjelang Piala Dunia telah terganggu sejak pembangunan dimulai.
Penundaan berulang dan kematian beberapa pekerja konstruksi di Sao Paulo misalnya telah membuat kritikus mempertanyakan keputusan FIFA untuk memilih Brasil sebagai tuan rumah.
Parahnya lagi, stadion yang dibangun di Sao Paulo, Curitiba, Cuiaba, dan Natal masih belum selesai.
8. Kekhawatiran kesehatan
Setidaknya dua pemain Brasil yang tinggal di Manaus, salah satu kota tuan rumah, meninggal akibat flu babi pada Mei lalu.
Sejumlah kematian karena H1N1 di wilayah tersebut membunuh 11 orang sepanjang 2014. Virus itu memang belum menyebar ke seluruh negeri, namun pihak Pusat Studi dan Kontrol Penyakit di Amerika Serikat telah mengeluarkan peringatan kesehatan kepada calon wisatawan.