REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Perubahan tanpa prestasi tidak akan membuat seorang pelatih masuk dalam buku sejarah sebuah tim. Beban ini yang membayangi pelatih Joachim Loew saat akan menemani Jerman di Piala Dunia 2014 Brasil.
Loew merupakan pelatih yang berperan besar dalam mengawal evolusi gaya permainan sepak bola Jerman. Di tangan pria yang kerap tampil necis itu, Jerman tak lagi mengedepankan gaya permainan yang mengandalkan kekuatan fisik layaknya julukan mereka Der Panzer atau Tim Panser. Tetapi mengutamakan permainan sepak bola indah dengan penguasaan bola dan kreativitas.
Juru taktik berusia 54 tahun itu memegang betul amanah dari mantan pelatih Jerman, Juergen Klinsmann, yang menjadi pencetus perubahan itu sejak 2004. Kala itu, Loew sudah menjadi bagian timnas Jerman dengan menjadi asisten pelatih Klinsmann di Euro 2004.
"Kami mulai berani bermain dinamis. Membangun serangan dengan bola-bola pendek," kata Klinsmann pada 2004.
Loew memegang penuh tanggung jawab perubahan tersebut setelah Klinsmann memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya pada 13 Juli 2006.
Euro 2008 menjadi debut Loew sebagai pelatih. Prestasinya cukup menggembirakan karena membawa Jerman menjadi runner-up setelah ditumbangkan Spanyol di partai final dengan skor tipis 0-1.
Loew semakin dipuja karena berhasil membawa Jerman lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan tanpa terkalahkan di babak kualifikasi.
Nahas, langkah Jerman di putaran final terhenti di semifinal. Lagi-lagi oleh Spanyol dengan skor yang sama: 0-1. Namun, Loew berhasil mengantarkan Jerman memenangkan tempat ketiga melawan Uruguay.
Ia pun tak bisa mempersembahkan gelar pada Euro 2012. Padahal, saat itu Jerman diunggulkan setelah berhasil menjadi juara grup dengan mengalahkan Portugal, Belanda, dan Denmark. Loew harus menerima kenyataan anak-anak asuhnya disingkirkan Italia pada semifinal.
Juara dua di Euro 2008 dan peringkat tiga Piala Dunia 2010, tidak berarti apa-apa bagi Loew. Karena yang namanya juara adalah menjadi yang pertama, bukan runner-up apalagi peringkat tiga.
Sekarang, Loew tidak ingin menyiakan kesempatannya untuk memorehkan prestasi dengan membawa pulang trofi Piala Dunia. "Sudah tentu, saya ingin masuk dalam buku sejarah. Kami datang ke Brasil dengan target tinggi," tegas Loew dilansir Daily Mail.
Dia pun mengaku masih menyimpan dendam mendalam kepada Spanyol yang telah menggagalkan misinya pada Euro 2008 dan Piala Dunia 2010.
"Kami sangat memburu gelar. Kalau saja waktu itu kami tidak bertemu Spanyol yang memang sedang menanjak, mungkin kami akan memenangkan gelar pada dua turnamen terakhir," ungkapnya.