REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Ini memang bukan laga pamungkas. Tapi, ini merupakan kesempatan terakhir Spanyol untuk memperpanjang napas di Piala Dunia 2014.
Kemenangan menjadi hal mutlak bagi skuat La Furia Roja saat berhadapan dengan Cile di Stadion Maracana dalam laga kedua Grup B, Kamis (19/6) dinihari WIB.
Kekalahan telak 1-5 atas Belanda pada laga pembuka membuat sang juara bertahan dekat dengan pintu keluar. Apalagi ditambah dengan Cile yang memetik kemenangan meyakinkan 3-1 ketika melawan Australia.
Ironis memang, Spanyol yang digadang-gadang sebagai unggulan Grup B, bahkan di ajang ini, harus ketar-ketir memikirkan nasibnya karena menjadi juru kunci. Kalau menelan kekalahan atas Cile dan Belanda meraih minimal hasil imbang kontra Australia di hari sama, Spanyol dipastikan tersingkir.
Sebenarnya, peluang Spanyol tetap terbuka jika meraih hasil imbang. Akan tetapi, Spanyol harus menggantungkan nasibnya pada laga pamungkas antara Belanda vs Cile.
Karena itu, seluruh pasukan Vicente del Bosque tersebut sepakat menjadikan pertemuan kontra Cile sebagai laga final yang harus dimenangkan.
"Memang masih ada kemungkinan lain, tapi yang perlu kami sadari bahwa kami hanya punya satu kesempatan ini (melawan Cile)," tegas striker Spanyol, Pedro, dilansir Four Four Two.
Spanyol tidak akan mengubah gaya permainannya meskipun tiki-taka hancur lebur di tangan Belanda yang memasang formasi 5-3-2 dan mengandalkan serangan balik. Juan Mata menganggap kekalahan itu tidak bisa dijadikan sebuah alasan untuk mengubah filosofi permainan.
Pemain Manchester United tersebut menegaskan tiki-taka sudah mengantarkan sepak bola Spanyol menjadi yang nomor satu di dunia.
"Jadi tidak ada alasan bagi kami untuk mencoba gaya permainan yang lain," ucap Mata disitat Daily Mail.
Yang perlu diperbaiki Spanyol adalah meningkatkan transisi permainan dari menyerang ke bertahan. Maklum, tiki-taka yang simpelnya mementingkan penguasaan bola, menuntut para pemain belakang untuk aktif membangun serangan, terutama ketika bola masih berada di lini tengah.