REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah menguat sebesar 90 poin ke posisi Rp 14.380 pada transaksi antarbank di Jakarta, Rabu (2/1) pagi. Penguatan kur rupiah ini seiring dengan harapan pelaku pasar terhadap pengendalian inflasi.
Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, mengatakan sentimen dari dalam negeri mengenai tingkat inflasi yang terkendali menjadi salah satu faktor positif bagi nilai tukar rupiah. "Inflasi diperkirakan tetap rendah di bulan Desember 2018, itu dapat memberikan dampak positif bagi masuknya arus modal asing ke pasar obligasi Indonesia," katanya di Jakarta, Rabu (2/1).
Ia memproyeksikan inflasi Desember 2018 sebesar 2,98 persen lebih rendah dibandingkan bulan November sebesar 3,23 persen (year on year). Dari eksternal, lanjut dia, ekspektasi pasar bahwa tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), tidak akan naik sebanyak dua kali tahun 2019 menambah tekanan terhadap dolar AS.
Selain itu, ia menambahkan, masalah politik seperti penghentian pemerintah AS secara parsial juga mendorong semakin kuatnya ekspektasi publik bahwa ekonomi AS akan mengalami pelemahan di tahun ini. Menurut dia, faktor itu mendorong investor memilih aset mata uang selain dolar AS di tengah ketidakpastian ekonomi AS.