Rabu 02 Jan 2019 13:54 WIB

OJK Minta Pelaku Pasar Optimistis Hadapi 2019

OJK berkomitmen memperluas instrumen yang bisa dikeluarkan oleh emiten.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (kiri) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani (ketiga kiri), Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara (kanan), Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi (kedua kanan), Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso (kedua kiri) dan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen (ketiga kanan) bertepuk tangan usai membuka perdagangan saham 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (kiri) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani (ketiga kiri), Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara (kanan), Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi (kedua kanan), Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso (kedua kiri) dan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen (ketiga kanan) bertepuk tangan usai membuka perdagangan saham 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta pelaku pasar untuk tetap optimistis menghadapi 2019. Bila ada kekhawatiran yang dirasakan pemangku kepentingan termasuk industri, OJK siap diajak berdiskusi. 

"Mari kita diskusi bersama. Mitigasi harus kita lakukan. OJK bersama BI (Bank Indonesia) dan Kementerian Keuangan pun bersama dalam KSSK selalu berdiskusi bersama kalau ada potensi yang harus dimitigasi," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, (2/1).

Di samping itu, optimisme terhadap pasar sepanjang 2019 salah satunya didorong dengan bertumbuhnya jumlah emiten yang melantai di BEI. OJK berharap tahun ini jumlah emiten yang tercatat semakin bertambah dari total saat ini yang mencapai 619 emiten.

"OJK akan tetap dorong emiten lebih banyak. Ini harus menjadi komitmen bersama terutama bagi pengusaha dan pemangku kepentingan," ujar Wimboh.

Menurutnya, semakin banyak jumlah emiten, transaksi di pasar modal juga semakin tinggi. Sebaliknya, jika emitennya tidak banyak, frekuensi transaksi pun tidak akan tinggi.

"Jadi semoga jumlahnya lebih banyak lagi, bukan hanya number-nya tapi jumlahnya harus banyak," tegas Wimboh. 

OJK juga berkomitmen memperluas instrumen yang bisa dikeluarkan oleh emiten medium maupun ritel. Meski begitu, Wimboh mengimbau kepada perbankan supaya tidak khawatir. 

"Perbankan nggak perlu khawatir karena meski rising fund melalui pasar modal, tapi uangnya akan balik lagi ke perbankan, karena hanya bank yang bisa menyimpan uang. Kantongnya tetap di perbankan," jelasnya. 

Pada kesempatan tersebut ia turut mengapresiasi kinerja pasar modal sepanjang 2018 di tengah beratnya tekanan global yang berimbas pada negara-negara emerging market seperti Indonesia. Sampai akhir 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang ditutup terkoreksi 2,54 persen ke di level 6.194,5. Namun, koreksi yang dialami masih merupakan salah satu terendah di bursa efek utama kawasan Asia Pasifik.

Nilai aset bersih reksa dana juga meningkat 10,47 persen sehingga mencapai Rp 505,39 triliun. Sedangkan dari sisi penghimpunan dana, di tengah volatilitas pasar keuangan yang tinggi, penghimpunan dana di pasar modal tercatat masih relatif tinggi yang tercermin dari nilai emisi sebesar Rp 166 triliun.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement