REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli gizi dari Instalasi Gizi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Triyani Kresnawan menyatakan melewatkan sahur di saat puasa dapat membuat tubuh mudah sakit. Tubuh menjadi mudah sakit karena imunitas atau daya tahan tubuh yang berkurang.
"Efek dari melewatkan makan sahur selain memecah kandungan lemak namun juga dapat memecah zat penting yaitu protein dalam tubuh sehingga bisa menurunkan imunitas," katanya di Jakarta, Jumat (11/5).
Pada dasarnya puasa memang memiliki kemungkinan besar untuk membakar lemak sebagai cadangan energi karena tubuh membutuhkan kalori untuk beraktivitas. Namun sering melewatkan makan sahur dapat berakibat buruk dalam jangka waktu yang lama.
"Tidak hanya menghancurkan lemak, melainkan juga protein dan kalau terus terjadi maka berat badan turun. Imunitas juga menurun karena daya tahan tubuh berkurang," kata dia.
Mengganti sahur dengan makan di tengah malam sebelum tidur juga tidak dianjurkan. Ini karena durasi antara makan malam hingga waktu berbuka akan menjadi lebih lama.
Triyani menyebut cara itu juga bisa memenuhi kebutuhan gizi tubuh saat berpuasa. Akan tetapi pola makan yang diterapkan kurang tepat dan tidak dianjurkan. Dia menyatakan waktu yang paling baik untuk makan sahur ialah mendekati imsak.
Saat berbuka, segerakan dengan memakan makanan ringan terlebih dahulu. Setelah itu baru dilanjutkan menyantap makanan utama.
Triyani menyarankan asupan gizi harus tetap dijaga seimbang saat bulan puasa yang membuat jadwal makan menjadi dua kali sehari. Asupan makanan saat berbuka harus memenuhi 50 persen kebutuhan energi dalam sehari. Sisanya yakni 10 persen kebutuhan energi setelah tarawih dalam bentuk makanan ringan dan 40 persen asupan makanan saat sahur.