Oleh: Fahmi Mada, Jurnalis Senior, Gastrolgi dan Pebisnis Kuliner Aceh tinggal di Jakarta
Kopi hitam, pulut bakar dan adee lumiek adalah jejak masa silam ketika saya kecil menikmati berbuka puasa di warung kopi di tanah kelahiran saya, Kembang Tanjong, Pidie, Aceh.
Khusus adee lumiek yang berwarna kuning merupakan penganan khusus yang hanya diproduksi di Kembang Tanjong. Tak ada di kota atau tempat lain. Ini khas Ie Leubeu, tempat pertama diperdagangkan.
Pulut Bakar
Adee lumiek ini pertama saya tahu diproduksi di Desa Krueng Dhoe, tepatnya di rumah almarhum Teungku Muhammad Nuh Usman, seorang tokoh masyarakat di sana. Ie Leubeu adalah pasar pagi tradisional untuk warga Kembang Tanjong yang ingin mendapatkan ikan segar yang baru didarati.
Ketika irama zaman berdendang, saya yang sekarang tinggal jauh, beribu kilometer dari tanah kelahiran, terkenang masa kecil berbingkai kenangan. Tahun lalu saya pulang ke kampung dan menjejakkan kaki di pasar tersebut. Kehidupannya tetap klasik, keakrabannnya masih seperti dulu, seperti kisah kehidupan di kota "Polis" Yunani Kuno.
Setiap warga Kembang Tanjong yang kini hidup di perantauan pasti rindu akan kopi hitam pekat dan penganan pagi di sana. Di WAG warga Kembang Tanjong, kami sering "berbual-bual" tentang kenangan masa lalu.
Kue Adee lumiek dalam kemasan plastik.
Untuk seluruh saudaraku warga Kembang Tanjong, izinkan saya menyampaikan salam rindu. Selamat beribadah Ramadhan di sepuluh hari terakhir. Semoga ibadah kita diberkahiNya.
Sepenggal kenangan masa kecil membuat saya kini rindu kepada kehidupan damai di kampung kita.
Kopi Aceh